Dugol, durian asal Blitar itu mengingatkan pada durian legendaris lain: hepe dari Bogor dan Sukun dari Karanganyar. Dugol juga mengingatkan pada monthong, varietas andalan Thailand. Ketiga legenda itu berbiji kempes.
Pantas 5 juri-Agus Pratama, Ir Baswarsiati MSc, Endang Puspita MS, Panca Jarot Santoso, Siti Ratih MMS, dan Yuniarti MS-menobatkan dugol sebagai pemenang di arena kontes yang digelar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Malang, Jawa Timur.
Hanya karena biji kempes dugol menang? Tunggu dulu. Daging buah dugol juga istimewa. "Daging buah berwarna kuning dan kering. Rasanya manis, legit, dan sedikit pahit," kata Baswarsiati. Bahkan Jarot yang menelusuri hingga ke pohon induk usai kontes menemukan fakta baru.
Rasa buah dugol sudah nikmat meski dipetik 5 hari sebelum jatuh dari pohon. Itu kabar gembira buat dunia buah-buahan karena masa simpan buah menjadi lebih panjang. ( Baca : Duren Perwira – Durian Lokal Kualitas Unggul Dengan Rasa Manis Pahit Dari Majalengka )
[caption id="attachment_19405" align="aligncenter" width="1511"]

Seantero Jatim
Menurut Jarot umumnya rasa durian paling optimal dinikmati semalam atau 2 malam pascajatuh alami. Beberapa varietas seperti udang merah asal Pulau Pinang, Malaysia, rasanya optimal 1-2 jam setelah jatuh. "Bila dinikmati setelah itu rasanya berubah," kata Jarot. Hanya sedikit durian yang sudah bisa dinikmati saat buah masih menggantung di tangkai. Di ajang itu dugol mengalahkan 39 durian dari seantero Jawa Timur.
Pesaing terberat dugol ialah kunir jiman, durian asal Trenggalek. Kunir jiman berdaging kuning, bertekstur lembut tapi kering. "Di antara kontestan, penampilan kunir jiman paling menarik," kata Endang. Di posisi ketiga bertengger gipat, durian asal Ngantang, Malang. Menurut Endang penilaian kontes kali ini didasarkan pada edible portion (40%), rasa (30%), tekstur (15%), dan warna daging (15%).
Kontes yang digelar pada 1 Maret 2010 itu seolah menegaskan Jawa Timur sebagai gudang durian enak. Maklum, setengah bulan sebelumnya, 16 Februari 2010, lomba durian digelar pula di Kasembon, Malang. Tercatat 21 durian beradu rasa memperebutkan gelar terbaik. Kasembon populer sebagai sentra durian di Malang setelah muncul durian jingga ke pentas nasional. Makanya di ajang lomba itu jingga tak boleh ikut kompetisi.
![]() |
Durian jawara soropadan, milik Amir Machmud. Rasanya setara terong asal Kalbar |
Tiga terbaik
Di mata juri lomba Prof Sumeru Ashari MagrSc dan Lutfi Bansir, ada 3 durian terbaik: sumber milik Gono, manohara milik Sauji, dan sauji milik Sauji. "Semua sepakat sumber yang paling enak dan menarik. Rasanya manis tanpa pahit, kering, dan lembut. Mirip es krim," kata Sumeru yang juga kepala Durion Research Centre (DRC), Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Manohara manis agak pahit dan beraroma kuat. Sementara sauji berdaging kuning dan manis.
Di Soropadan, Temanggung, Jawa Tengah, digelar pula lomba buah sehari setelah kontes durian Kasembon. Bedanya tak hanya durian yang dipertandingkan. Di sana beragam buah seperti durian, pisang, manggis, salak, dan duku diadu keunggulannya. Menurut H Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah, lomba buah itu bertujuan mencari varietas unggul sebagai pohon induk yang akan dikembangkan di wilayah masing-masing.
Menurut Sobir PhD, juri dari Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, pemilik durian pemenang adalah Amir Machmud; pisang, Siti Mardiyah; manggis, Randiyal, salak, Wasito; dan duku, Hasto Priambodo "Yang paling istimewa durian milik Amir. Rasanya manis dan legit. Kualitasnya setara dengan terong asal Kalimantan Barat," katanya.
Terong ialah durian mungil asal Balaikarangan, Sanggau, yang pada awal Januari 2010 menggegerkan Jakarta karena rasanya yang manis dan legit, serta produktivitasnya tinggi. Menurut Sobir, para juara di berbagai kontes itu tentu harus diamati secara periodik sebelum diputuskan sebagai tanaman yang layak dikomersialkan. "Lomba itu titik awal identifikasi. Bukan hasil final durian yang direkomendasi untuk dikembangkan," katanya.
Menurut Sobir, itu karena buah yang dinilai saat lomba, jumlahnya terlalu sedikit untuk diambil kesimpulan. "Pada lomba yang dinilai baru kualitas individu buah, bukan individu pohon secara keseluruhan," katanya.
Karena itu pengamatan berikutnya harus melalui pengambilan contoh buah dengan metode kombinasi sistematik dan acak. Misal, setiap durian juara diamati kualitas buahnya secara acak di awal musim, di puncak musim, dan di akhir musim. Buah yang terbukti kualitasnya stabil yang layak menjadi legenda.