Budidaya Alpukat Tongar Varietas Unggulan Asal Suriname

Budidaya Alpukat Tongar Varietas Unggulan Asal Suriname

Sangatlah Pantas Jawal, pakar buah dari Balai Penelitian Tanaman Buah (Balitbu), Solok, memuji alpukat tongar. Pasalnya, alpukat mega paninggahan varietas paling unggul hasil penelitiannya hanya mampu berbuah 300— 350 kg per tahun. Tongar rajin berbuah karena tak kenal musim. “Setiap hari bisa dijumpai bunga dan buah,” kata Afrizal Nazar, peneliti di Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB), Sumatera Barat.

Rasa alpukat tongar pun sulit dilupakan. “Gurihnya khas dan unik, beda dengan yang pernah saya cicipi,” kata Jawal. Ia kian lezat karena bertekstur halus dan lembut. Warnanya pun menarik, kuning seperti mentega. Selain itu 75% bagian buah dapat disantap karena berdaging tebal, 2—3 cm. Yang juga istimewa, bobot rata-rata alpukat tongar 500—900 g per buah. Jenis biasa, 300—500 g per buah.

alpukat tongar#### Laris manis Dipasaran

Dengan berbagai sifat, pantas permintaan terhadap anggota keluarga Lauraceae itu meningkat setiap tahun. Tengok saja data hasil penelusuran tim BPSB. Sepanjang 2002 total penjualan alpukat pasaman barat ke Jakarta, Pekanbaru, Batam, Jambi, dan Medan hanya 32 ton. Dua tahun kemudian melonjak hingga 115 ton. Artinya, penjualan meningkat hingga 3,6 kali. Dengan harga di tingkat pedagang Rp5.000 per kg, maka pada 2004 terjadi transaksi senilai Rp575-juta.

Begitulah gambaran penyaluran alpukat tongar ke luar Pasaman Barat. Penjualan lokal pun kurang lebih sama. Pasalnya, perantau asal sentra pinang itu kerap membawa alpukat tongar sebagai buah tangan. Ia pun terkenal sampai ke Padang, ibukota Sumatera Barat, sekitar 135 km ke arah selatan dari Simpangempat, pusat kota Pasaman Barat. Buktinya saat budidayatani bertanya tentang alpukat tongar di Bandara Tabing, jawaban mereka kompak. “Itulah alpukat paling enak dan laris,” kata Okta Sanjaya, pengusaha elektronik di Padang, sesaat sebelum budidayatani meninggalkan Padang.

Sayang, permintaan pasar tinggi tidak diiringi dengan kegiatan penanaman. Alpukat tongar belum dikebunkan secara khusus. Ia tumbuh dari biji di pekarangan sebagai tanaman peneduh, pembatas, dan pagar. Perawatan pun nyaris tidak dilakukan sehingga kualitas di pasaran lokal tidak seragam. Bahkan lambat laun, produktivitas kian menurun dari tahun ke tahun.

Buah “import”Dari Suriname

Tak ada yang tahu pasti siapa penanam pertama alpukat pasaman barat. Konon, itu varietas unggul yang sangat digemari masyarakat Suriname, Amerika Selatan. Ia dibawa oleh masyarakat Jawa yang menjadi pekerja kasar di Suriname. Pada era 1950-an, mereka ke luar dari Suriname untuk bekerja di perusahaan Belanda di Nagari Tongar.

Walau disukai warga Suriname dan Pasaman, bukan berarti alpukat pasaman barat tanpa kelemahan. Menurut Ir Arry Supriyanto MS, bobot alpukat tongar terlalu besar. “Tren buah masa depan berukuran kecil. Cukup untuk 1 orang,” kata spesialis buah dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur itu. Harap mafhum, dengan bobot 500—900 g per buah, alpukat tongar bisa disantap 2—3 orang. Bila tersisa tak nikmat lagi di lidah karena disimpan terbuka.

Dr Wicaksono, pakar alpukat dari Kebun Raya Bogor, pun sepakat dengan Arry. Menurutnya, alpukat idealnya hanya berbobot 150—250 g per buah. Toh, produktivitas tinggi dan rasa khas yang gurih tetap menjadi daya tarik alpukat tongar. Bukan tak mungkin di masa mendatang ia disilangkan dengan alpukat mini. Hasilnya, muncul alpukat mini, gurih, dan rajin berbuah.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus