Memperbanyak Bibit Putsa dengan Teknik Sambung Susu dan Setek untuk Mengatasi Kendala Perbanyakan


 

Menemukan Solusi Baru dalam Perbanyakan Bibit Putsa untuk Memenuhi Permintaan Tinggi

Harapan Mubin untuk mendapatkan bibit putsa berkualitas kini menemui jalan buntu. Hasilnya hanya 15 hingga 20 pohon dengan kondisi yang kurang sehat: daun yang pucat dan batang yang rapuh. “Angka kegagalan mencapai 70 hingga 80 persen, padahal saat ini permintaan akan bibit putsa semakin meningkat,” keluhnya.

Namun, Mubin bukanlah satu-satunya yang merasa khawatir. Perbanyakan tanaman anggota suku Rhamnaceae, termasuk putsa, juga menjadi tantangan bagi para pekebun di Thailand. Yanto, seorang pekebun putsa di Kreo, Joglo, Tangerang, juga mengalami nasib yang sama.

Proses penantian selama 3 hingga 4 bulan sejak cangkokan berbuah terbukti sia-sia baginya. Dari 100 cangkokan yang ia lakukan, hanya 5 hingga 10 tanaman yang berhasil tumbuh. “Cangkokan putsa sulit untuk berkembang. Tingkat kegagalannya mencapai 90 persen,” ungkapnya. Padahal, jika cangkokan berhasil, ia dapat memperoleh keuntungan minimal 10 juta rupiah dari penjualan bibit seharga 100.000 rupiah per batang.

Kegagalan perbanyakan ini disebabkan oleh akar yang tidak muncul di media cangkok. “Akar memiliki peranan penting dalam pertumbuhan tanaman. Tanpa akar yang muncul, tanaman tidak dapat bertahan hidup,” kata Dr. Ir. Reza Tirtawinata, MS, direktur Taman Wisata Mekarsari (TWM), Cileungsi, Bogor. Meskipun penyiraman dan pemupukan dilakukan secara rutin, putsa tetap sulit tumbuh jika diperbanyak dengan cara cangkok.

Inovasi Melalui Teknik Sambung Susu untuk Perbanyakan Putsa

Meskipun demikian, semangat untuk memperbanyak putsa tidak padam begitu saja. Mubin dan Yanto memutuskan untuk mencoba teknik sambung susu yang telah terbukti berhasil pada tanaman lengkeng dataran rendah. “Dengan menggunakan teknik sambung susu, kami berhasil mencapai tingkat keberhasilan sebesar 90 persen pada anakan pingpong dan diamond river,” ungkap Mubin. Keberhasilan ini mendorong mereka untuk mencoba menerapkan teknik yang sama pada tanaman putsa, juga dikenal sebagai kurma India.

Untuk memperoleh batang bawah yang berkualitas, Mubin mulai menanam biji putsa di media sekam dan pupuk kandang. Menurutnya, batang bawah yang berasal dari biji memiliki kualitas yang lebih baik. Sementara itu, Yanto memilih pendekatan yang berbeda dengan mendapatkan batang bawah dari pekebun lain, sebanyak 400 bibit setiap bulannya.

Yanto memilih batang bawah berdiameter kecil, seukuran sedotan, agar lebih mudah disambung. Dengan cara ini, pekebun buah-buahan dapat menghemat waktu. Setelah batang bawah siap, tanaman dipotong hingga tersisa sekitar 10 hingga 15 cm dari dasar pot. Ujung batang bawah dipotong dengan lancip di bagian atas dan bawah.

Kemudian, batang bawah diselipkan di batang atas dengan jarak sekitar 20 hingga 25 cm dari pucuknya. Ukuran batang sebaiknya sama agar penyambungan antara batang atas dan bawah dapat terjadi dengan sempurna. “Jika ukuran batang tidak sama, pertumbuhannya akan lambat dan tidak rata,” jelas Mubin ketika menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari teknik sambung susu ini.

Mubin menyarankan untuk menggunakan batang atas yang telah berbuah untuk memastikan tanaman baru cepat berbuah. Penyambungan antara batang-batang tersebut perlu diikat agar dapat menyatu dengan baik dan tidak mengering. Untuk menahan polibag pada batang bawah, digunakan tali dan ajir. Biasanya, penyambungan yang sempurna dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 bulan. Tanda penyambungan yang berhasil adalah adanya pembengkakan pada bekas sambungan.

Setelah batang bawah dan atas tidak bergerak lagi, batang atas dipotong di bagian bawah sambungan, sekitar 1 hingga 2 cm. Menurut Yanto, sekitar seminggu setelah dipotong, putsa mulai menghasilkan bunga. Dengan melakukan penyiraman dua kali sehari, pagi dan sore, serta pemupukan menggunakan NPK 16:16:16 sebulan sekali, tanaman putsa dapat berbuah dalam waktu 3 hingga 4 bulan.

Setek Putsa: Metode Lain dalam Perbanyakan Tanaman

Tidak hanya teknik sambung susu yang berhasil, tetapi juga metode setek yang digunakan oleh Ir. Hendrik Virgillius, seorang pekebun berpengalaman asal Singkawang, Kalimantan Barat, untuk memperbanyak putsa. Ia menggunakan setek sepanjang 10 hingga 15 cm dengan 2 hingga 3 mata tunas yang diambil dari cabang bekas patahan.

Setekan yang dipilih memiliki warna cokelat kehijauan. Setekan langsung ditanam mengelilingi batang dalam sebuah drum yang berisi campuran tanah dan bokashi. Setekan tersebut disiram dua kali sehari, pagi dan sore. Pemupukan dengan NPK juga dilakukan secara rutin. Hasilnya, dalam waktu seminggu, putsa kecil mulai mengeluarkan daun.

Untuk memastikan pasokan nutrisi yang cukup, tanaman kemudian dipindahkan ke dalam polibag yang lebih besar yang berisi campuran bokashi dan tanah dengan perbandingan 1:1. Ghazali Karnadi, seorang pekebun yang senang dengan hasilnya, melaporkan bahwa setekan dengan panjang 20 hingga 25 cm telah mengeluarkan akar. Tidak heran jika ia kemudian menyetek 30 batang putsa. Putsa memang merupakan tanaman buah yang tumbuh dengan cepat, dan itulah mengapa pekebun sangat tertarik dengan tanaman ini.

Ekspansi dan Penjelasan: Memperkaya Proses Perbanyakan Putsa

Dalam upaya memperbanyak tanaman putsa, teknik sambung susu dan setek menjadi metode yang efektif dan berhasil. Mubin, seorang pekebun yang mencoba teknik sambung susu, mengamati keberhasilan tersebut dengan menyaksikan 90% anakan pingpong dan diamond river yang berhasil tumbuh melalui teknik ini. Kini, ia mencoba menerapkan teknik yang sama pada kurma india dan putsa dengan berbagai nama lain.

Salah satu aspek penting dalam teknik sambung susu adalah pemilihan batang bawah yang berkualitas. Mubin menyebutkan bahwa batang bawah yang berasal dari biji memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini menjadi pertimbangan dalam memilih bibit yang akan disemai di media sekam dan pupuk kandang. Sebagai alternatif, Yanto memilih untuk mendapatkan batang bawah dari pekebun lain dengan jumlah sebanyak 400 bibit setiap bulan.

Mengikuti proses sambung susu, batang bawah yang telah siap dipotong akan diselipkan di batang atas dengan teknik yang hati-hati. Keberhasilan penyambungan bergantung pada ukuran batang yang sejajar, sehingga batang atas dan bawah dapat menyatu dengan baik. Setelah proses ini selesai, perawatan yang rutin, seperti penyiraman dan pemupukan, diberikan untuk memastikan pertumbuhan yang optimal.

Metode setek juga menjadi pilihan yang sukses dalam perbanyakan putsa. Ir. Hendrik Virgillius, pekebun kawakan asal Singkawang, mengambil cabang bekas patahan sebagai sumber setekan. Ia memilih setek sepanjang 10 hingga 15 cm dengan 2 hingga 3 mata tunas yang berwarna cokelat kehijauan. Setekan tersebut langsung ditanam mengelilingi batang dalam sebuah drum yang berisi campuran tanah dan bokashi. Proses penyiraman dan pemupukan rutin juga dilakukan untuk memastikan pertumbuhan yang baik.

Analisis Mendalam: Mempertimbangkan Teknik Perbanyakan Putsa

Dalam penelitian ini, teknik sambung susu dan setek terbukti efektif dalam memperbanyak tanaman putsa. Keberhasilan teknik ini memberikan solusi bagi para pekebun yang sebelumnya kesulitan dalam perbanyakan putsa melalui teknik cangkokan. Dalam perbandingan, tingkat kegagalan teknik cangkokan mencapai 70-90%, sedangkan teknik sambung susu dan setek memberikan tingkat keberhasilan yang jauh lebih tinggi, mencapai 90%.

Teknik sambung susu memberikan kelebihan dalam memastikan tanaman baru cepat berbuah. Dengan menggunakan batang atas yang telah berbuah, tanaman hasil sambung susu dapat memulai produksi buah lebih awal. Hal ini menjadi keuntungan bagi pekebun yang ingin menghasilkan buah secepat mungkin. Namun, teknik ini membutuhkan pemilihan batang bawah yang berkualitas, baik dari biji maupun dari pekebun lain, serta perawatan yang rutin.

Sementara itu, metode setek juga menunjukkan keberhasilan yang signifikan dalam perbanyakan putsa. Tanaman yang tumbuh melalui metode ini mampu mengeluarkan daun dalam waktu singkat, menunjukkan pertumbuhan yang cepat. Teknik setek juga memungkinkan pekebun untuk memperbanyak tanaman dengan jumlah yang lebih besar dalam waktu yang relatif singkat.

Dalam memilih metode perbanyakan yang tepat, pekebun dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti kecepatan pertumbuhan, keberhasilan penyambungan, kualitas tanaman hasil perbanyakan, dan jumlah tanaman yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga pekebun perlu memilih metode yang sesuai dengan kondisi dan tujuan mereka.

Dalam hal ini, teknik sambung susu dan setek terbukti menjadi solusi yang efektif dalam memperbanyak tanaman putsa. Kedua metode ini memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi dan memungkinkan pekebun untuk memenuhi permintaan yang tinggi terhadap bibit putsa. Dengan demikian, para pekebun dapat mengembangkan usaha mereka dan memanfaatkan potensi pasar yang luas untuk tanaman ini.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus