Pohon zaitun itu berdiri kokoh. Umurnya 2.000 tahun. Hingga kini ia masih tumbuh, la tetap hidup.Tingginya 3 meter dan lingkar batang sekitar 200 cm. Pohon itu tak tumbuh di tanah lapang,tetapi di dalam ruangan OliveTree Hotel, Yerusalem Timur. Tepatnya di Jalan Saint George. Lokasi tumbuh anggota famili Oleaceae alias melati-melatian itu 1 m lebih tinggi ketimbang lantai restoran hotel.
Area di sekeliling akar disemen membentuk lingkaran. Atap di atas tajuk pohon menggunakan bahan tembus sinar matahari sehingga memungkinkan berlangsungnya proses fotosintesis. Semula pohon itu hidup di luar ruangan Khan, sebuah penginapan kuno. Olive Tree Hotel dibangun pada 2000 di atas lahan bekas Khan.
Keberadaan pohon purba di tengah restoran itu menjadi pusat perhatian para tamu hotel, termasuk Trubus yang menginap di kamar 879 pada sebuah musim panas beberapa tahun lalu. Ketika sarapan, pandangan langsung tertuju pada sosok Olea europaea itu. Di dekat pintu lift hotel yang terdiri atas 304 kamar itu terdapat informasi, Nabi Daud kerap memainkan kecapinya menghasilkan suara merdu di dekat pohon zaitun itu.
[caption id="attachment_856" align="alignleft" width="214"]
Sosok jatikluwih berumur 500-an tahun, berlingkar batang 4,24 m[/caption]
Kini muncul kepercayaan suara merdu kecapi itu masih terdengar jika pengunjung bertafakur di dekat pohon kerabat melati itu. Informasi itu menjadi dasar untuk menghitung umur pohon zaitun. Nabi Daud hidup pada kurun 1030 sampai 962 SM. Artinya umur pohon zeit nama lokal zaitun dalam bahasa Ibrani di Olive Tree Hotel lebih dari 2.000 tahun.
Benarkah? Menurut Yana Sumarna MSi periset Pusat Penelitian Kehutanan dan Konservasi Alam, umur pohon dapat diketahui dari riap tumbuh atau pertumbuhan diameter batang per tahun. Sayangnya, di Indonesia tak terdapat pohon zaitun sehingga riap tumbuhnya belum dapat diketahui. Menurut Dr Boedi Mranata, alumnus Universiteit Hamburg, Jerman,tak semua pohon dapat mencapai umur ratusan atau ribuan tahun.
Doktor Biologi itu menuturkan, tak ada kaitan antara umur dan diameter batang. Artinya, tak selamanya pohon tua berbatang besar dan sebaliknya, la mencontohkan zaitun. Meski sangat tua, tetapi diameter batang kerabat srigading Nyctanthes arbortristis itu relatif kecil. "Tapi teksturnya padat sekali," ujar kelahiran Banyuwangi Jawa Timur, 56 tahun silam itu. Malahan pohon yang pertumbuhan cepat biasanya teksturnya empuk sehingga gampang terserang penyakit. Pantas, umurnya pun biasanya singkat.
Selain di dalam hotel, ada juga pohon simbo perdamaian itu di dekat tembok ratapan d Yerusalem. Tembok ratapan yang dibangun oleh Herodes Agung pada 20 SM itu tempat suci bag masyarakat Yahudi. Di celah-celah batu di dinding tembok, banyak terdapat surat berhuruf Ibran kepada Tuhan. Ukuran batang pohon zaitun d dekat tembok ratapan lebih kecil ketimbang zaitun di Olive Tree Hotel, tetapi tajuknya lebih rimbun.
Pada penghujung musim panas itu Trubus meninggalkan kota suci 3 agama. Perjalanan berlanjut ke Yordania melalui pos perbatasan Allenby Bridge (wilayah Israel) Shoona Al Wasta (Yordania). Dari bandara Ratu Alia di Amman ibukota Yordania, Trubus meneruskan perjalanan ke Bahrain selama 2 jam. Keesokan pagi, pemandu Trubus Fareed Hassan menawarkan untuk melihat pohon kehidupan. Ajakannya bikin penasaran.
Namun, sebelumnya ia berputar melewati jalan tol King Fahad Causeway sepanjang 25 km. Jembatan itu menghubungkan jazirah Arab dan Bahrain yang secara harfiah berarti negeri di antara 2 lautan. Pada tengah hari yang terik, Hassan memacu mobilnya mengikuti penunjuk arah di tepi jalan. Tulisan putih Tree of Life di atas papan cokelat tampak dalam interval tertentu.
Satu setengah jam dari Al Manama, kami tiba di gurun pasir setelah melewati kilang minyak. Angin bertiup keras.lnilah pohon kehidupanyang dijanjikan pria 36 tahun itu:sebuah pohon raksasa di tengah lautan pasir mahaluas.Tak ada sebatang rumput pun yang mampu tumbuh di padang gersang itu. Pantas Hassan menyebut pohon itu sebagai pohon kehidupan. Tajuknya amat lebar.
Berdiam di bawah rindang pohon tua itu amat menyejukkan. Apalagi siang itu sinar matahari terasa menyengat kulit. Hassan menyebut umur pohon itu 500-an tahun. Kemampuan pohon untuk bertahan hidup hingga kini masih misteri. Harap mafhum di sekitar pohon takada sumberair. Curah hujan pun amat rendah. Menurut Priyanto, dosen Falultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, pohon juga mempunyai "strategi" untuk bertahan.
Pada pohon kehidupan itu daunnya duduk saling berhadapan. Ukuran daun amat kecil seperti daun petaicina menyebabkan evaporasi amat rendah. Itulah cara pohon menghemat penggunaan air. "Beda dengan pohon yang hidup di tepi sungai. Biasanya ia boros air karena persediaan melimpah," ujar Dr I Ketut Nuridja Peandit, ahli anatomi kayu dari Institut Pertanian Bogor Dengan keistimewaan itu,pohon kehidupan menjadi daya tarik bagi para pelancong.
Nun di Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, 25 km selatan Yogyakarta juga terdapat pohon tua. Tinggi pohon 25 m dan keliling batang pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah mencapai 4,24 m. Masyarakat setempat menyebutnya jatikluwih, paduan antara jati dan kluwih. Sosok buah, batang, dan aroma persis jati Tectona grandis, tetapi bentuk daun menyerupai kluwih Artocarpus communis. Menurut Prof Dr Mohammad Na'iem dosen Universitas Gadjah Mada, nama ilmiah pohon jatikluwih adalah Tectona abluden.
Paidi penjaga pohon menuturkan, umur tanaman ini secara pasti tak diketahui. Namun, ia dan masyarakat setempat menuturkan jatikluwih sudah ada sejak zaman Sunan Kalijaga. Itu cerita turun-temurun dari nenek-moyang mereka. Sunan Kalijaga, anak Arya Wilatikta, adipati Tuban itu lahir pada 1450.Jika jatikluwih itu benarada sejak zaman Sunan Kalijaga, umur pohon saat ini mencapai 557 tahun.
Dengan berpatokan pada riap tumbuh, umur pohon jatikluwih yang berlingkar batang 424 cm mencapai 270 tahun bila riap tumbuhnya 0,5 cm per tahun. Itu berarti umur jatikluwih lebih muda ketimbang zaman Sunan Kalijaga. Menurut I Ketut Pendit, keberadaan pohon-pohon purba itu harus dilindungi dan dimanfaatkan.
Area di sekeliling akar disemen membentuk lingkaran. Atap di atas tajuk pohon menggunakan bahan tembus sinar matahari sehingga memungkinkan berlangsungnya proses fotosintesis. Semula pohon itu hidup di luar ruangan Khan, sebuah penginapan kuno. Olive Tree Hotel dibangun pada 2000 di atas lahan bekas Khan.
Keberadaan pohon purba di tengah restoran itu menjadi pusat perhatian para tamu hotel, termasuk Trubus yang menginap di kamar 879 pada sebuah musim panas beberapa tahun lalu. Ketika sarapan, pandangan langsung tertuju pada sosok Olea europaea itu. Di dekat pintu lift hotel yang terdiri atas 304 kamar itu terdapat informasi, Nabi Daud kerap memainkan kecapinya menghasilkan suara merdu di dekat pohon zaitun itu.
Pohon zaitun Nabi Daud
[caption id="attachment_856" align="alignleft" width="214"]

Kini muncul kepercayaan suara merdu kecapi itu masih terdengar jika pengunjung bertafakur di dekat pohon kerabat melati itu. Informasi itu menjadi dasar untuk menghitung umur pohon zaitun. Nabi Daud hidup pada kurun 1030 sampai 962 SM. Artinya umur pohon zeit nama lokal zaitun dalam bahasa Ibrani di Olive Tree Hotel lebih dari 2.000 tahun.
Benarkah? Menurut Yana Sumarna MSi periset Pusat Penelitian Kehutanan dan Konservasi Alam, umur pohon dapat diketahui dari riap tumbuh atau pertumbuhan diameter batang per tahun. Sayangnya, di Indonesia tak terdapat pohon zaitun sehingga riap tumbuhnya belum dapat diketahui. Menurut Dr Boedi Mranata, alumnus Universiteit Hamburg, Jerman,tak semua pohon dapat mencapai umur ratusan atau ribuan tahun.
Doktor Biologi itu menuturkan, tak ada kaitan antara umur dan diameter batang. Artinya, tak selamanya pohon tua berbatang besar dan sebaliknya, la mencontohkan zaitun. Meski sangat tua, tetapi diameter batang kerabat srigading Nyctanthes arbortristis itu relatif kecil. "Tapi teksturnya padat sekali," ujar kelahiran Banyuwangi Jawa Timur, 56 tahun silam itu. Malahan pohon yang pertumbuhan cepat biasanya teksturnya empuk sehingga gampang terserang penyakit. Pantas, umurnya pun biasanya singkat.
Selain di dalam hotel, ada juga pohon simbo perdamaian itu di dekat tembok ratapan d Yerusalem. Tembok ratapan yang dibangun oleh Herodes Agung pada 20 SM itu tempat suci bag masyarakat Yahudi. Di celah-celah batu di dinding tembok, banyak terdapat surat berhuruf Ibran kepada Tuhan. Ukuran batang pohon zaitun d dekat tembok ratapan lebih kecil ketimbang zaitun di Olive Tree Hotel, tetapi tajuknya lebih rimbun.
Pada penghujung musim panas itu Trubus meninggalkan kota suci 3 agama. Perjalanan berlanjut ke Yordania melalui pos perbatasan Allenby Bridge (wilayah Israel) Shoona Al Wasta (Yordania). Dari bandara Ratu Alia di Amman ibukota Yordania, Trubus meneruskan perjalanan ke Bahrain selama 2 jam. Keesokan pagi, pemandu Trubus Fareed Hassan menawarkan untuk melihat pohon kehidupan. Ajakannya bikin penasaran.
Namun, sebelumnya ia berputar melewati jalan tol King Fahad Causeway sepanjang 25 km. Jembatan itu menghubungkan jazirah Arab dan Bahrain yang secara harfiah berarti negeri di antara 2 lautan. Pada tengah hari yang terik, Hassan memacu mobilnya mengikuti penunjuk arah di tepi jalan. Tulisan putih Tree of Life di atas papan cokelat tampak dalam interval tertentu.
Satu setengah jam dari Al Manama, kami tiba di gurun pasir setelah melewati kilang minyak. Angin bertiup keras.lnilah pohon kehidupanyang dijanjikan pria 36 tahun itu:sebuah pohon raksasa di tengah lautan pasir mahaluas.Tak ada sebatang rumput pun yang mampu tumbuh di padang gersang itu. Pantas Hassan menyebut pohon itu sebagai pohon kehidupan. Tajuknya amat lebar.
Pohon zaitun Umur 500 tahun
Berdiam di bawah rindang pohon tua itu amat menyejukkan. Apalagi siang itu sinar matahari terasa menyengat kulit. Hassan menyebut umur pohon itu 500-an tahun. Kemampuan pohon untuk bertahan hidup hingga kini masih misteri. Harap mafhum di sekitar pohon takada sumberair. Curah hujan pun amat rendah. Menurut Priyanto, dosen Falultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, pohon juga mempunyai "strategi" untuk bertahan.
Pada pohon kehidupan itu daunnya duduk saling berhadapan. Ukuran daun amat kecil seperti daun petaicina menyebabkan evaporasi amat rendah. Itulah cara pohon menghemat penggunaan air. "Beda dengan pohon yang hidup di tepi sungai. Biasanya ia boros air karena persediaan melimpah," ujar Dr I Ketut Nuridja Peandit, ahli anatomi kayu dari Institut Pertanian Bogor Dengan keistimewaan itu,pohon kehidupan menjadi daya tarik bagi para pelancong.
Nun di Jatimulyo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, 25 km selatan Yogyakarta juga terdapat pohon tua. Tinggi pohon 25 m dan keliling batang pada ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah mencapai 4,24 m. Masyarakat setempat menyebutnya jatikluwih, paduan antara jati dan kluwih. Sosok buah, batang, dan aroma persis jati Tectona grandis, tetapi bentuk daun menyerupai kluwih Artocarpus communis. Menurut Prof Dr Mohammad Na'iem dosen Universitas Gadjah Mada, nama ilmiah pohon jatikluwih adalah Tectona abluden.
Paidi penjaga pohon menuturkan, umur tanaman ini secara pasti tak diketahui. Namun, ia dan masyarakat setempat menuturkan jatikluwih sudah ada sejak zaman Sunan Kalijaga. Itu cerita turun-temurun dari nenek-moyang mereka. Sunan Kalijaga, anak Arya Wilatikta, adipati Tuban itu lahir pada 1450.Jika jatikluwih itu benarada sejak zaman Sunan Kalijaga, umur pohon saat ini mencapai 557 tahun.
Dengan berpatokan pada riap tumbuh, umur pohon jatikluwih yang berlingkar batang 424 cm mencapai 270 tahun bila riap tumbuhnya 0,5 cm per tahun. Itu berarti umur jatikluwih lebih muda ketimbang zaman Sunan Kalijaga. Menurut I Ketut Pendit, keberadaan pohon-pohon purba itu harus dilindungi dan dimanfaatkan.