"Banyak ikan laut yang kami terima mati setelah sehari dipelihara/ ujar If u pedagang ikan hias di Surabaya. Kerugian itu bukan milik Ifu seorang. Kenyataannya 70% penjual ikan hias air laut mengalami hal serupa. Musababnya bermacam-macam. Salah satu bagian vital tapi sering terabaikan: mengamati perubahan kualitas air di bak penampung. Wajar bila ikan kemudian dihinggapi stres dan berujung pada kematian.
Idealnya bak penampungan ikan tidak terpencar-pencar, tetapi disatukan dalam satu filter sentral yang besar. Tujuannya semata-matamenyeragamkan perlakuan dengan memanfaatkan filter sehingga perubahan kualitas air mudah terdeteksi cepat. Imbasnya pengaruh negatif seperti stres dapat diminimalisasi sehingga tidak membahayakan kehidupan ikan. Itu berbeda bila penyimpanan dilakukan dengan filter terpisah. Seringkah perubahan kualitas air terjadi secara cepat tanpa sempat terawasi. Biasanya dampak perubahan itu diketahui setelah ikan sakit.
Bak penampung berukuran besar umumnya dirangkai dengan 3 tingkat tangki filter bersekat yang berisi bioball dan biofoam sebagai penyaring. Air dari tangki teratas akan mengucur masuk ke tangki berikutnya memanfaatkan gaya gravitasi. Begitu seterusnya sampai air tiba di penyaring utama yang terdiri dari filter mekanis, filter biologi, protein skimmer, dan sterilisasi ultra violet. Setelah melewati penyaring utama itu air baru dipergunakan dalam bak penampung.

Pada penyaring utama, filter mekanis berfungsi menyaring air dari partikel-partikel kasar seperti sisa-sisa destritus. Partikel itu akan ditangkap oleh nilon kasar atau benang dakron pintalan. Partikel yang menempel harus dibuang dengan mengganti nilon atau benang dakron setiap minggu.
Air yang mulai bersih kemudian masuk ke penyaring biologis. Bahan kasar dan berongga seperti bioball dapat dipakai sebagai penyaring. Bahan itu menjadi rumah bagi bakteri nitrifikasi seperti nitrosomonas dan nitrobacter untuk mengurai amoniak hasil dekomposisi dari sisapakan dan metabolisme. Karang yang dihancurkan dapat pula dipakai sebagai filter biologis. Namun perlu diingat, pecahan karang dapat mengeluarkan ion-ion tertentu yang justru dapat mempengaruhi kualitas air keseluruhan.
Unit penyaring utama mutlak memerlukan protein skimmer untuk menangkap buih protein berisi sampah organik dan sisa logam berat. Buih itu yang akan terkumpul di cawan protein skimmer dibuang dengan membilas tabung secara periodik. Air selanjutnya melewati sterilisasi ultraviolet. Pada tahap akhir ini air 99,7% terbebas dari bakteri, protozoa, dan ektoparasit, yang dapat memicu penyakit. Satu siklus penyaringan air dari hingga kembali ke tangki pertama terjadi sebanyak 5 kali selama 1 jam.
Dalam pengiriman ikan di atas 50 jam, pH dalam kantong ikan berangsur turun pada kisaran pH 7,3. Padahal, pH ideal berada pada 8,0 sampai 8,3. Demikian pula dengan suhu air. Biasanya suhu dalam kantong akan turun hingga mencapai 22°C. Dalam kantong pun bila dicermati mudah dijumpai konsentrasi amoniak yang tinggi dari kotoran ikan.
Kita harus menyiapkan mixing water sekitar 3 kali lipat volume total dari semua kantong. Air yang berisi aditif deklorinat berbasis P VP seperti stresscoat dan stressguard itu akan mendorong klorin di kantong menguap. Saat dicampur, air campuran harus memiliki suhu sedikit lebih tinggi sekitar 23°C. Maksudnya untuk mengurangi stres ikan. Methylin blue dapat ditambahkan pada air pencampur untuk membasmi penyakit yang mungkin terbawa oleh ikan. Disarankan sebelum di-mix, air pencampur sudah diaerasi agar kadar oksigen terlarutnya tinggi dan pH diturunkan sampai sama dengan air di kantong.
Pelan-pelan tambahkan mixing water selama 20 sampai 60 menit. Namun, perlu diingat jangan pernah mencampur air di kantong dengan air baru tanpa perlakuan sebelumnya. Maklum kadar amoniak yang semula berupa senyawa NH3 akan berubah menjadi senyawa NH4OH yang justru beracun bagi ikan. Bila didapati air pencampur memiliki pH terlalu tinggi dapat diturunkan memakai HC1 yang diencerkan atau asam muriatik. Sesudah dicampur dengan mixing water, baru air dari penampung diteteskan ini selama 3 sampai 5 jam sampai pH-nya sama dengan penampungan sentral.
Setelah pH stabil, ikan dapat dipindahkan ke bak. Namun sebelumnya ikan perlu dimasukkan ke dalam bak berisi air tawar selama 3 sampai 5 menit tergantung dari jenis, ukuran, dan kondisi ikan. Air tawar ini harus ber pH 8 sampai 8,3. Setelah itu baru ikan siap dimasukkan ke sistem terpusat.
Bagi hobiis, sebelum memasukkan ikan disarankan untuk membiarkan kantong dalam akuarium selama 10 sampai 20 menit. Maksudnya membuat suhu air sama. Cara lain menyiapkan wadah plastik yang dilengkapi pompa udara dan batu apung. Buka kantong dan tuangkan air ke dalam wadah. Cek pH lalu bandingkan dengan pH akuarium. Bila cocok pindahkan sedikit air dari wadah dan lalu ganti dengan air dari akuarium dengan junlah sama. Ulangi hal ini selama beberapa kali sebelum ikan benar-benar menghuni akuarium.
Idealnya bak penampungan ikan tidak terpencar-pencar, tetapi disatukan dalam satu filter sentral yang besar. Tujuannya semata-matamenyeragamkan perlakuan dengan memanfaatkan filter sehingga perubahan kualitas air mudah terdeteksi cepat. Imbasnya pengaruh negatif seperti stres dapat diminimalisasi sehingga tidak membahayakan kehidupan ikan. Itu berbeda bila penyimpanan dilakukan dengan filter terpisah. Seringkah perubahan kualitas air terjadi secara cepat tanpa sempat terawasi. Biasanya dampak perubahan itu diketahui setelah ikan sakit.
Bak penampung berukuran besar umumnya dirangkai dengan 3 tingkat tangki filter bersekat yang berisi bioball dan biofoam sebagai penyaring. Air dari tangki teratas akan mengucur masuk ke tangki berikutnya memanfaatkan gaya gravitasi. Begitu seterusnya sampai air tiba di penyaring utama yang terdiri dari filter mekanis, filter biologi, protein skimmer, dan sterilisasi ultra violet. Setelah melewati penyaring utama itu air baru dipergunakan dalam bak penampung.
Beragam penyaring

Pada penyaring utama, filter mekanis berfungsi menyaring air dari partikel-partikel kasar seperti sisa-sisa destritus. Partikel itu akan ditangkap oleh nilon kasar atau benang dakron pintalan. Partikel yang menempel harus dibuang dengan mengganti nilon atau benang dakron setiap minggu.
Air yang mulai bersih kemudian masuk ke penyaring biologis. Bahan kasar dan berongga seperti bioball dapat dipakai sebagai penyaring. Bahan itu menjadi rumah bagi bakteri nitrifikasi seperti nitrosomonas dan nitrobacter untuk mengurai amoniak hasil dekomposisi dari sisapakan dan metabolisme. Karang yang dihancurkan dapat pula dipakai sebagai filter biologis. Namun perlu diingat, pecahan karang dapat mengeluarkan ion-ion tertentu yang justru dapat mempengaruhi kualitas air keseluruhan.
Unit penyaring utama mutlak memerlukan protein skimmer untuk menangkap buih protein berisi sampah organik dan sisa logam berat. Buih itu yang akan terkumpul di cawan protein skimmer dibuang dengan membilas tabung secara periodik. Air selanjutnya melewati sterilisasi ultraviolet. Pada tahap akhir ini air 99,7% terbebas dari bakteri, protozoa, dan ektoparasit, yang dapat memicu penyakit. Satu siklus penyaringan air dari hingga kembali ke tangki pertama terjadi sebanyak 5 kali selama 1 jam.
Waspadai pH

Kita harus menyiapkan mixing water sekitar 3 kali lipat volume total dari semua kantong. Air yang berisi aditif deklorinat berbasis P VP seperti stresscoat dan stressguard itu akan mendorong klorin di kantong menguap. Saat dicampur, air campuran harus memiliki suhu sedikit lebih tinggi sekitar 23°C. Maksudnya untuk mengurangi stres ikan. Methylin blue dapat ditambahkan pada air pencampur untuk membasmi penyakit yang mungkin terbawa oleh ikan. Disarankan sebelum di-mix, air pencampur sudah diaerasi agar kadar oksigen terlarutnya tinggi dan pH diturunkan sampai sama dengan air di kantong.
Pelan-pelan tambahkan mixing water selama 20 sampai 60 menit. Namun, perlu diingat jangan pernah mencampur air di kantong dengan air baru tanpa perlakuan sebelumnya. Maklum kadar amoniak yang semula berupa senyawa NH3 akan berubah menjadi senyawa NH4OH yang justru beracun bagi ikan. Bila didapati air pencampur memiliki pH terlalu tinggi dapat diturunkan memakai HC1 yang diencerkan atau asam muriatik. Sesudah dicampur dengan mixing water, baru air dari penampung diteteskan ini selama 3 sampai 5 jam sampai pH-nya sama dengan penampungan sentral.
Setelah pH stabil, ikan dapat dipindahkan ke bak. Namun sebelumnya ikan perlu dimasukkan ke dalam bak berisi air tawar selama 3 sampai 5 menit tergantung dari jenis, ukuran, dan kondisi ikan. Air tawar ini harus ber pH 8 sampai 8,3. Setelah itu baru ikan siap dimasukkan ke sistem terpusat.
Bagi hobiis, sebelum memasukkan ikan disarankan untuk membiarkan kantong dalam akuarium selama 10 sampai 20 menit. Maksudnya membuat suhu air sama. Cara lain menyiapkan wadah plastik yang dilengkapi pompa udara dan batu apung. Buka kantong dan tuangkan air ke dalam wadah. Cek pH lalu bandingkan dengan pH akuarium. Bila cocok pindahkan sedikit air dari wadah dan lalu ganti dengan air dari akuarium dengan junlah sama. Ulangi hal ini selama beberapa kali sebelum ikan benar-benar menghuni akuarium.