Raksasa itu terpaku. Batang cokelat keemasan setinggi 5 m dan berdiameter 1,5 m tegak menjulang. Ia tumbuh di antara bebatuan yang mengimpit. Itulah sosok Adenium obesum varietas socotranum di kampung halamannya, Pulau Socotra, Yaman Eksotisme dan keindahan terpancar dari batang raksasa itu.
Adenium superbesar itu berdiri di atas bonggol akar yang juga membesar, sehingga dianggap batang. Ukuran batang itu bertolak belakang dengan kanopi daun yang tampak sempit.
Garis tengah batang dari bawah ke atas relatif sama, sehingga mengesankan seperti botol. Sosok seperti itu dicapai Adenim obesum varietas socotranum ada yang menyebutnya Adenium socotranum yang berumur ratusan tahun.
Di pulau yang lebih dekat ke Somalia daripada Yaman itu, masih tersisa puluhan pohon yang diduga berusia lebih dari ratusan tahun. Ketuaan tercermin dari banyaknya kerutan di batang yang berwarna keemasan. Sayang, raksasa itu nestapa lantaran terancam punah akibat regenerasi yang lambat.
Iklim yang panas dan kering serta minimnya cadangan air di pulau itu menyebabkan keberhasilan perkecambahan sangat rendah. Biji yang keluar dari buah berbentuk polong mirip kelor itu akhirnya mengering. Biji-biji yang belum “kedaluwarsa” antara lain dibawa tim ekspedisi dari Amerika Serikat pada 2000. Di negeri Paman Sam biji-biji itu dikembangkan. Sebuah bibit seukuran jari tangan saja dijual USS200 atau setara Rp 1.600.000.
[caption id="attachment_5554" align="aligncenter" width="1511"]
Di pot bonggol meraksasa[/caption]
Frans Wiratmahusada, pengusaha tanaman hias di Semarang, salah satu yang tergiur penampilan si raksasa. Dua tahun silam ia membeli sebuah bibit Rp 1,6-juta. Kini umbi akar seukuran bola tenis. Pada umur itu adenium jenis lain sudah memamerkan keindahan bunga.
Namun, si socotranum itu masih tergolong balita. Alumnus Universitas Trisakti itu sulit memperkirakan waktu berbunga karena kondisi di Semarang lain dengan habitat aslinya.
Pemilik Gama Cactus itu juga memiliki adenium lokal yang meraksasa setinggi 2 meter. Bedanya, diameter adenium itu hanya 20 cm. Ia mendapatkannya dari seorang pengusaha tanaman hias di Madiun, Jawa Timur, senilai Rp 1-juta. Selain Madiun, sentra adenium antara lain di Kediri, Blitar, dan Gresik. Iklim di sana relatif panas sesuai untuk pertumbuhan anggota famili Apocynaceae itu.
Yang juga memburu adenium raksasa adalah Chandra Gunawan. Pemilik Godong Ijo nurseri itu mempunyai 5 bonggol Adenium obesum besar. Tinggi rata-rata tanaman 1,5—2 m. Batang tersusun oleh 3 akar sebesar paha pria dewasa.
Ia menduga umur tanaman lebih dari 40 tahun. Bonggol-bonggol itu dikombinasikan dengan varietas lain sehingga tampil lebih menarik. Selain itu harga pun melonjak. Yang sederhana setinggi 2 meter bisa dijual Rp8-juta hingga istimewa Rp20-juta.
[caption id="attachment_5556" align="aligncenter" width="1023"]
Adenium socotranum raksasa segala adenium[/caption]
Selain berburu di tanah air, Chandra yang mengoleksi lebih dari 100 jenis adenium itu juga melanglangbuana. Tiga tahun lalu, ia mendatangkan Adenium obesum yang dikombinasikan dengan varietas crimson star. Harganya? Peraih gelar the best adenium pada Princess Cup pada 2000 di Thailand itu dibeli USS3.500 atau setara Rp30-juta. Adenium itulah yang kini menjadi maskot Godong Ijo.
Tingginya hanya 120 cm, tetapi bonggol akarnya istimewa, berdiameter 50 cm. Sosok bonggol nyaris sempurna. Akar-akarnya sebesar ubi cilembu, mulus, dan tersusun rapi.
Thailand memang sarang adenium bersosok besar. Sebuah nurseri di Bangkok mengoleksi puluhan Adenium arabicum setinggi 2,5 m. Bonggol tidak begitu menonjol karena terpendam di media. Namun, cabang yang muncul berjumlah belasan dan berukuran besar. Sebuah pot berbunga lebat ditawarkan USS 10.000 atau sekitar Rp80-juta.
Jenis lain yang bisa mencapai ukuran maksimal ialah Adenium multiflorum. Ukuran bonggol jenis ini tidak terlalu luar biasa, tetapi bunga bisa "menyelimuti" sosok pohon setinggi 2 m. Sosok raksasa memang senantiasa mengundang decak kagum.
Pantas jika para penggila adenium rela merogoh kocek dalam-dalam. Yang penting sang raksasa dapat dibawa pulang. Lalu dipandangi berlama-lama.
Adenium superbesar itu berdiri di atas bonggol akar yang juga membesar, sehingga dianggap batang. Ukuran batang itu bertolak belakang dengan kanopi daun yang tampak sempit.
Garis tengah batang dari bawah ke atas relatif sama, sehingga mengesankan seperti botol. Sosok seperti itu dicapai Adenim obesum varietas socotranum ada yang menyebutnya Adenium socotranum yang berumur ratusan tahun.
Di pulau yang lebih dekat ke Somalia daripada Yaman itu, masih tersisa puluhan pohon yang diduga berusia lebih dari ratusan tahun. Ketuaan tercermin dari banyaknya kerutan di batang yang berwarna keemasan. Sayang, raksasa itu nestapa lantaran terancam punah akibat regenerasi yang lambat.
Iklim yang panas dan kering serta minimnya cadangan air di pulau itu menyebabkan keberhasilan perkecambahan sangat rendah. Biji yang keluar dari buah berbentuk polong mirip kelor itu akhirnya mengering. Biji-biji yang belum “kedaluwarsa” antara lain dibawa tim ekspedisi dari Amerika Serikat pada 2000. Di negeri Paman Sam biji-biji itu dikembangkan. Sebuah bibit seukuran jari tangan saja dijual USS200 atau setara Rp 1.600.000.
Raksasa lokal
[caption id="attachment_5554" align="aligncenter" width="1511"]

Frans Wiratmahusada, pengusaha tanaman hias di Semarang, salah satu yang tergiur penampilan si raksasa. Dua tahun silam ia membeli sebuah bibit Rp 1,6-juta. Kini umbi akar seukuran bola tenis. Pada umur itu adenium jenis lain sudah memamerkan keindahan bunga.
Namun, si socotranum itu masih tergolong balita. Alumnus Universitas Trisakti itu sulit memperkirakan waktu berbunga karena kondisi di Semarang lain dengan habitat aslinya.
Pemilik Gama Cactus itu juga memiliki adenium lokal yang meraksasa setinggi 2 meter. Bedanya, diameter adenium itu hanya 20 cm. Ia mendapatkannya dari seorang pengusaha tanaman hias di Madiun, Jawa Timur, senilai Rp 1-juta. Selain Madiun, sentra adenium antara lain di Kediri, Blitar, dan Gresik. Iklim di sana relatif panas sesuai untuk pertumbuhan anggota famili Apocynaceae itu.
Yang juga memburu adenium raksasa adalah Chandra Gunawan. Pemilik Godong Ijo nurseri itu mempunyai 5 bonggol Adenium obesum besar. Tinggi rata-rata tanaman 1,5—2 m. Batang tersusun oleh 3 akar sebesar paha pria dewasa.
Ia menduga umur tanaman lebih dari 40 tahun. Bonggol-bonggol itu dikombinasikan dengan varietas lain sehingga tampil lebih menarik. Selain itu harga pun melonjak. Yang sederhana setinggi 2 meter bisa dijual Rp8-juta hingga istimewa Rp20-juta.
Mancanegara
[caption id="attachment_5556" align="aligncenter" width="1023"]

Selain berburu di tanah air, Chandra yang mengoleksi lebih dari 100 jenis adenium itu juga melanglangbuana. Tiga tahun lalu, ia mendatangkan Adenium obesum yang dikombinasikan dengan varietas crimson star. Harganya? Peraih gelar the best adenium pada Princess Cup pada 2000 di Thailand itu dibeli USS3.500 atau setara Rp30-juta. Adenium itulah yang kini menjadi maskot Godong Ijo.
Tingginya hanya 120 cm, tetapi bonggol akarnya istimewa, berdiameter 50 cm. Sosok bonggol nyaris sempurna. Akar-akarnya sebesar ubi cilembu, mulus, dan tersusun rapi.
Thailand memang sarang adenium bersosok besar. Sebuah nurseri di Bangkok mengoleksi puluhan Adenium arabicum setinggi 2,5 m. Bonggol tidak begitu menonjol karena terpendam di media. Namun, cabang yang muncul berjumlah belasan dan berukuran besar. Sebuah pot berbunga lebat ditawarkan USS 10.000 atau sekitar Rp80-juta.
Jenis lain yang bisa mencapai ukuran maksimal ialah Adenium multiflorum. Ukuran bonggol jenis ini tidak terlalu luar biasa, tetapi bunga bisa "menyelimuti" sosok pohon setinggi 2 m. Sosok raksasa memang senantiasa mengundang decak kagum.
Pantas jika para penggila adenium rela merogoh kocek dalam-dalam. Yang penting sang raksasa dapat dibawa pulang. Lalu dipandangi berlama-lama.