Ada temuan baru untuk penggemar Polypterus senegalus, P. delhezi, dan P palmas. Kalau dulu mortalitas pembesaran sampai 80%, kini hanya 50%. Kuncinya ialah menjaga kualitas air dan pemberian pakan yang cukup.
Eksportir mengenal ke-3 ikan itu sebagai ikan purba. Salah satu keistimewaannya ialah kemampuan bertahan hidup di daratan selama 24 jam. Sayang, karena sulit membesarkan, pasokan untuk pasar ekspor sangat terbatas.
“Permintaan eksportir sebanyak 200 ekor/bulan saja sulit saya penuhi,” kata Freddy Suryadi, peternak di Kramatjati, Jakarta Timur. Padahal, harga yang ditawarkan cukup tinggi; P. senegalus berukuran 2 inci Rp20.000. Dengan ukuran sama P. delhezi dihargai Rp50.000; P. palmas, Rp 100.000.
Kelangkaan itu wajar karena selama ini tidak ada peternak yang mau menjual induk. Freddy saja hanya memiliki 40 ekor P. senegalus, 10 ekor P. palmas, dan 10 ekor P. delhezi. “Kalaupun mengimpor dari negara asal belum tentu dikirim. Satu-satunya jalan membesarkan ikan sejak kecil,” ucapnya. Induk siap kawin minimal berumur 2 sampai 4 tahun atau berukuran 30 sampai 35 cm.
Satu-satunya masalah produksi yang dihadapi memang hanya pembesaran burayak sampai ukuran 2 sampai 3 inci. Teknik kawinnya bukan halangan. Freddy yang sudah beternak ikan sejak 20 tahun lalu sukses menangkarkannya. Dengan cara kawin massal ikan asal benua Afrika itu beranak-pinak sendiri di kolam.
Di tempat Freddy, kolam pemeliharaan dibuat sesuai habitatnya. Angka pH air dijaga pada kisaran 6,5 sampai 7,5 dan hardness Setiap kolam diisi 3 pejantan dan 8 sampai 10 betina. Dengan teknik itu pejantan leluasa mengawini induk sehingga persentase telur dibuahi cukup besar. Jenis kelamin dapat dibedakan dari sosok fisik. Pejantan cenderung lebih kecil dan gilig dibanding betina yang tampak gendut.
Untuk pakan Freddy mencoba beberapa jenis, seperti udang, teri, dan ikan kecil. “Udang yang terbaik untuk pakan induk. Dengan protein tinggi dapat meningkatkan produktivitas telur,” kata kelahiran Jakarta itu. Sebelum diberikan kulit udang dikupas terlebih dulu, lalu dipotong-potong kecil. Jatah per ekor 2 udang seukuran jari tangan diberikan pada malam hari.
Begitu induk siap kawin, sarang terbuat dari tali rafia dimasukkan ke kolam. Kehadiran sarang bisa memacu famili Polypteridae itu untuk kawin. Di tempat itulah telur-telur dilekatkan. Letakkan sarang di salah satu sisi kolam untuk memudahkan pengontrolan.
Bagian atas kolam ditutup triplek atau kardus untuk menciptakan suasana gelap. Menurut Freddy perkawinan berlangsung pada malam hari. Sarang berisi telur diangkat pada sore hari, lalu diganti sarang baru. Setiap sarang rata-rata berisi 2.000 butir telur.
[caption id="attachment_7388" align="aligncenter" width="1511"]
Di kolam maupun di akuarium bisa memijah[/caption]
Sarang berisi telur dipindah ke akuarium. Usahakan kualitas air tidak berubah dengan pemberian aerasi yang benar. Telur-telur bakal menetas pada keesokan hari. Sarang dapat dikopyok dengan cara mengoyang-goyangkan ke atas dan bawah secara perlahan di dalam air.
Pakan belum diberikan lantaran masih memiliki kantung telur (yolk sack). Namun, pada hari ke-8 cadangan makanan mulai menipis sehingga perlu diberi cacing rambut. Dosisnya sebanyak 2 sampai 3 sendok makan untuk keperluan ikan selama 1 minggu pertama.
Pada saat itu burayak memang belum mampu makan cacing. Anak ikan memanfaatkan lendir (slem) atau kotoran yang dikeluarkan cacing. Setelah mulut ikan mampu menelan cacing, dosis ditambah 1 sendok makan/ hari hingga berumur 3 minggu.
Masa itu paling riskan lantaran kematian cukup tinggi. Kualitas air harus tetap terjaga dengan menyipon kotoran atau telur busuk di dasar akuarium setiap hari. Perlakuan itu harus hati-hati, jangan sampai burayak ikut tersedot di selang. Gelembung oksigen harus diatur agar anak ikan tidak bergerak terlalu cepat. Untuk mencegah munculnya bakteri teteskan cairan methylene blue secukupnya. Menurut Freddy rata-rata tingkat kematian 30%.
Setelah itu ikan dapat dipindah ke kolam bak berukuran 120 cm x 100 cm x 40 cm atau akuarium lain ukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm. Setiap akuarium mampu menampung 500 anak ikan. Kualitas air di bak atau akuarium harus dipantau setiap hari. Pergantian air cukup 10% setiap hari.
Hindari air berpartikel lantaran akan merusak alat pernafasannya. Saat itu ikan masih mengandalkan insang yang berada di luar tubuh. Makanya, bila terjadi perubahan kualitas air segera dipindah ke tempat lain.
Cacing rambut diberikan secara kontinu. Dosisnya, “Lebih baik sedikit tapi terus menerus. Hal ini untuk mencegah ikan memakan sesamanya. Ikan itu termasuk karnivora. Jangan heran bila lantaran telat pakan, jumlah ikan berkurang saat dipanen,” kata ayah 1 anak itu. Setelah dipelihara 2 bulan, ikan berukuran 2 sampai 3 inci. Pada saat itu ia dapat dipindah ke akuarium atau dijual.
Bentuk tubuh gilig sepanjang 30 cm dengan kepala mirip ularciri khas genus Polypterus. Ada corak berupa guratan cokelat kehitaman secara horizontal di sekujur tubuh, membuat penampilan ikan purba itu kian menawan.
Kelebihan lain, sirip dada sangat kuat dan keras seperti kayu. Alat itulah yang berguna untuk menahan tubuhnya di tanah. Apalagi ikan asal danau Tanganyika itu memiliki labyrint alat pernafasan yang dapat mengambil udara langsungsehingga mampu bertahan hingga 24 jam di darat. Dengan berbagai keistimewaan itu, pantas bila ia banyak dikoleksi hobiis.
Eksportir mengenal ke-3 ikan itu sebagai ikan purba. Salah satu keistimewaannya ialah kemampuan bertahan hidup di daratan selama 24 jam. Sayang, karena sulit membesarkan, pasokan untuk pasar ekspor sangat terbatas.
“Permintaan eksportir sebanyak 200 ekor/bulan saja sulit saya penuhi,” kata Freddy Suryadi, peternak di Kramatjati, Jakarta Timur. Padahal, harga yang ditawarkan cukup tinggi; P. senegalus berukuran 2 inci Rp20.000. Dengan ukuran sama P. delhezi dihargai Rp50.000; P. palmas, Rp 100.000.
Kelangkaan itu wajar karena selama ini tidak ada peternak yang mau menjual induk. Freddy saja hanya memiliki 40 ekor P. senegalus, 10 ekor P. palmas, dan 10 ekor P. delhezi. “Kalaupun mengimpor dari negara asal belum tentu dikirim. Satu-satunya jalan membesarkan ikan sejak kecil,” ucapnya. Induk siap kawin minimal berumur 2 sampai 4 tahun atau berukuran 30 sampai 35 cm.
Sesuai habitat
Satu-satunya masalah produksi yang dihadapi memang hanya pembesaran burayak sampai ukuran 2 sampai 3 inci. Teknik kawinnya bukan halangan. Freddy yang sudah beternak ikan sejak 20 tahun lalu sukses menangkarkannya. Dengan cara kawin massal ikan asal benua Afrika itu beranak-pinak sendiri di kolam.
Di tempat Freddy, kolam pemeliharaan dibuat sesuai habitatnya. Angka pH air dijaga pada kisaran 6,5 sampai 7,5 dan hardness Setiap kolam diisi 3 pejantan dan 8 sampai 10 betina. Dengan teknik itu pejantan leluasa mengawini induk sehingga persentase telur dibuahi cukup besar. Jenis kelamin dapat dibedakan dari sosok fisik. Pejantan cenderung lebih kecil dan gilig dibanding betina yang tampak gendut.
Untuk pakan Freddy mencoba beberapa jenis, seperti udang, teri, dan ikan kecil. “Udang yang terbaik untuk pakan induk. Dengan protein tinggi dapat meningkatkan produktivitas telur,” kata kelahiran Jakarta itu. Sebelum diberikan kulit udang dikupas terlebih dulu, lalu dipotong-potong kecil. Jatah per ekor 2 udang seukuran jari tangan diberikan pada malam hari.
Begitu induk siap kawin, sarang terbuat dari tali rafia dimasukkan ke kolam. Kehadiran sarang bisa memacu famili Polypteridae itu untuk kawin. Di tempat itulah telur-telur dilekatkan. Letakkan sarang di salah satu sisi kolam untuk memudahkan pengontrolan.
Bagian atas kolam ditutup triplek atau kardus untuk menciptakan suasana gelap. Menurut Freddy perkawinan berlangsung pada malam hari. Sarang berisi telur diangkat pada sore hari, lalu diganti sarang baru. Setiap sarang rata-rata berisi 2.000 butir telur.
Masa kritis
[caption id="attachment_7388" align="aligncenter" width="1511"]

Sarang berisi telur dipindah ke akuarium. Usahakan kualitas air tidak berubah dengan pemberian aerasi yang benar. Telur-telur bakal menetas pada keesokan hari. Sarang dapat dikopyok dengan cara mengoyang-goyangkan ke atas dan bawah secara perlahan di dalam air.
Pakan belum diberikan lantaran masih memiliki kantung telur (yolk sack). Namun, pada hari ke-8 cadangan makanan mulai menipis sehingga perlu diberi cacing rambut. Dosisnya sebanyak 2 sampai 3 sendok makan untuk keperluan ikan selama 1 minggu pertama.
Pada saat itu burayak memang belum mampu makan cacing. Anak ikan memanfaatkan lendir (slem) atau kotoran yang dikeluarkan cacing. Setelah mulut ikan mampu menelan cacing, dosis ditambah 1 sendok makan/ hari hingga berumur 3 minggu.
Masa itu paling riskan lantaran kematian cukup tinggi. Kualitas air harus tetap terjaga dengan menyipon kotoran atau telur busuk di dasar akuarium setiap hari. Perlakuan itu harus hati-hati, jangan sampai burayak ikut tersedot di selang. Gelembung oksigen harus diatur agar anak ikan tidak bergerak terlalu cepat. Untuk mencegah munculnya bakteri teteskan cairan methylene blue secukupnya. Menurut Freddy rata-rata tingkat kematian 30%.
Setelah itu ikan dapat dipindah ke kolam bak berukuran 120 cm x 100 cm x 40 cm atau akuarium lain ukuran 100 cm x 50 cm x 40 cm. Setiap akuarium mampu menampung 500 anak ikan. Kualitas air di bak atau akuarium harus dipantau setiap hari. Pergantian air cukup 10% setiap hari.
Hindari air berpartikel lantaran akan merusak alat pernafasannya. Saat itu ikan masih mengandalkan insang yang berada di luar tubuh. Makanya, bila terjadi perubahan kualitas air segera dipindah ke tempat lain.
Cacing rambut diberikan secara kontinu. Dosisnya, “Lebih baik sedikit tapi terus menerus. Hal ini untuk mencegah ikan memakan sesamanya. Ikan itu termasuk karnivora. Jangan heran bila lantaran telat pakan, jumlah ikan berkurang saat dipanen,” kata ayah 1 anak itu. Setelah dipelihara 2 bulan, ikan berukuran 2 sampai 3 inci. Pada saat itu ia dapat dipindah ke akuarium atau dijual.
Bentuk tubuh gilig sepanjang 30 cm dengan kepala mirip ularciri khas genus Polypterus. Ada corak berupa guratan cokelat kehitaman secara horizontal di sekujur tubuh, membuat penampilan ikan purba itu kian menawan.
Kelebihan lain, sirip dada sangat kuat dan keras seperti kayu. Alat itulah yang berguna untuk menahan tubuhnya di tanah. Apalagi ikan asal danau Tanganyika itu memiliki labyrint alat pernafasan yang dapat mengambil udara langsungsehingga mampu bertahan hingga 24 jam di darat. Dengan berbagai keistimewaan itu, pantas bila ia banyak dikoleksi hobiis.