Mengawinkan Louhan: Bersemi Kasih di Pipa PVC

Menjodohkan lou han dalam jumlah banyak di satu akuarium berisiko tinggi. Lou han saling serang, cedera atau mati pilihannya.

Namun, malapetaka itu dapat ditolak dengan rumah lou han ciptaan Michael Gautama. Rumah dari pipa PVC itu membikin lou han nyaman. Perkawinan dapat dilakukan secara acak dan terus-menerus tanpa perlu penjodohan lagi.

Konstruksi rumah lou han kreasi pengusaha minuman segar itu sederhana. Bahan yang diperlukan pipa PVC berdiameter 8 inci sepanjang 20 cm. Pipa dilubangi bentuk persegi panjang berukuran 3 cm x 10 cm. Banyaknya 6 buah dengan posisi melingkari pipa. Setiap 2 lubang dipasang sekat dari plastik mirip kamar.

Bagian atas pipa ditutup plastik agar lou han tidak keluar. Jumlah rumah tergantung populasi ikan. Ayah 3 anak itu meletakkan 2 buah rumah secara bertingkat untuk 8 ekor koleksinya. Rumah 2 tingkat perlu dipasang ring pengunci di tengah pipa agar kokoh. Rumah itu dapat diletakkan di mana saja, di tengah atau pojok akuarium asal aman dan nyaman untuk persembunyian.

Ketika mengunjungi kediamannya di kawasan Sunteragung Barat itu Kami melihat 6 betina dan 2 pejantan hidup rukun di akuarium berukuran 145 cm x 45 cm x 30 cm. Rumah yang diberi nama lou han shelter itu dipatenkan sebagai hasil karyanya. “Sudah 3 kali alat itu mengalami perubahan sampai mendapatkan konstruksti terbaik. Kalau ingin efisien pakai alat yang terakhir,” ujar Gautama mantap. Untuk mendapatkan konstruksi terbaik, ia butuh waktu 6 bulan.

Saling kenal


[caption id="attachment_5323" align="aligncenter" width="1247"] Mampu mengatasi lou ban berantem[/caption]

Ide pembuatan rumah itu berawal dari pengalaman Gautama yang kesal melihat ikan koleksinya sering berantem. Kelompok siklid itu memang berperilaku galak. Ia memiliki teritorial yang tidak boleh dimasuki ikan lain. Kalau ada lou han lain masuk langsung dikejar atau dihajar hingga mati. “Sifat galak lou han tak bisa dihilangkan, hanya bisa dikurangi,” ujar pensiunan perusahaan Jepang di Jakarta itu.

Kekhawatiran lou han mati lantaran diserang ikan lain sirna. Proses perkawinan juga lebih mudah lantaran sudah saling kenal. Menurut Gautama induk yang sudah siap pijah hanya butuh beberapa jam untuk kawin.

Bandingkan dengan cara konvensional yang perlu 1 sampai 2 bulan agar sepasang lou han mau berjodoh. Itu pun kalau berhasil. Bila tidak, pejantan tetap saja menyerang betina.

Teknik itu juga bisa menjadi solusi peternak pemula yang kerap gagal menjodohkan lou han. Caranya, masukan pejantan dan betina umur 8 siap kawin bulan dengan perbandingan 1:3. “Ikan kurang dari 8 bulan tidak masalah. Semakin cepat makin baik agar ikan saling kenal,” ucapnya.

Yang perlu diperhatikan adalah ciri-ciri betina siap berpijah. Kemampuan peternak berbeda-beda dalam mencermati perilaku betina ketika mau kawin. Gautama mengamati betina siap pijah memiliki wama ngejreng dan corak hitam menonjol.

Ia juga suka menabrak-nabrakan tubuhnya ke dasar akuarium. Seolah-olah membersihkan permukaan kaca agar telur tidak kotor. “Lihat juga pada lubang tempat keluar telur. Kalau tampak menonjol sekitar 0,5 cm ikan sudah siap berpijah,” kata pria kelahiran Pontianak, 16 Maret 1952 itu. Pejantannya pilih salah satu sesuai keinginan peternak.

Disekat


[caption id="attachment_5324" align="aligncenter" width="752"] Michael Gautama, butuh 6 bulan menciptakan rumah lou han[/caption]

Pejantan dan betina yang akan dikawinkan digiring dengan tangan menuju salah satu sudut akuarium, lalu dipasang sekat. Pilih sekat berwarna gelap agar kedua ikan itu tidak terganggu aktivitas lou han lain.

Sekat juga harus rapat untuk mencegah larva keluar melewati celah-celah di antara sekat dan akuarium. “Pengalaman saya meski burayak tak keluar, lou han di luar sekat mampu menyedot anak ikan,” kata Gautama.

Proses pemijahan berlangsung dalam hitungan jam saja. Maksimal 1 hari sudah muncul butiran-butiran kuning di dasar akuarium. Begitu selesai kawin pejantan dapat dikeluarkan, betina tetap berada di ruangan itu.

Betina biasanya berada di atas telur sambil mengibas-ibaskan ekor. Gautama menduga tingkah laku ikan seperti itu untuk memberikan oksigen pada telur agar lekas menetas.

Burayak yang baru menetas dibiarkan 3 sampai 4 hari tak diberi pakan karena masih memiliki kantung telur (yolk sack). Setelah itu beri pakan berupa kutu air setiap hari. Untuk memasok oksigen pasang aerator dengan jumlah gelembung secukupnya.

Pergantian air dilakukan 2 sampai 3 kali seminggu dengan cara menyedot di sisi akurium yang terdapat rumah lou han. Pengisian air dilakukan di akuarium berisi anak ikan. Air akan meluber melewati sekat ke sisi akuarium lain sampai mencapai tinggi semula. Dengan cara itu anak ikan selalu mendapat pasokan air lebih bagus.

Menurut Gautama induk betina ternyata mampu menjaga dan melindungi anaknya dari bahaya. Kalau burayak keluar, ia mengigit dan membawa kembali ke tempat semula. “Jadi anggapan induk memakan anakan ternyata tidak benar,” ungkap Gautama.

Burayak berumur sebulan atau ukuran 1 cm dipanen dengan menyerok. Pindahkan anak ikan itu ke akuarium lain yang sudah disiapkan. Dua bulan kemudian burayak dapat dipanen lagi.
Lebih baru Lebih lama