Keliling Kaohsiung Cari Euphorbia

Euphorbia di Thailand ludes! Kabar itu membuat para pekebun kalang kabut karena order tanaman hias berduri itu terus mengalir. Namun, itu tidak berlaku bagi Chandra Gunawan. Pemilik Godongijo Nursery itu punya stok dari Taiwan. Negara berbentuk daun teh itu ternyata produsen euphorbia handal. Kala Trubus berkunjung ke sana tampak delapan dewa mini menghampar di taman-taman kota.

Euphorbia berbunga mini memang cocok sebagai groundcover dan border taman. Kehadirannya membuat penampilan taman kian semarak. Tanaman berselimut bunga, kompak, dan tahan segala cuaca. Ia pun tak berhenti memamerkan bunga. Jarang ditemukan groundcover yang bisa berbunga sepanjang tahun. Keistimewaan lain euphorbia asal Taiwan berduri lunak sehingga ia cocok menjadi penghias ruangan, apalagi tahan sampai seminggu.

Setali tiga uang dengan mitos di Thailand, warga Taiwan percaya crown of thorn bisa dijadikan penolak bala dan pembawa keberuntungan. Pantas jika di depan pintu rumah atau pertokoan selalu dipajang euphorbia. Itu yang membuat tanaman itu tak pernah absen di setiap nurseri. Pun di kios-kios pasar tanaman hias. Trubus menyaksikan di pasar tanaman hias di Neihu, Taipei euphorbia menghampar di antara elemen taman lain. Kebanyakan jenis somonas merah, merah muda, dan denmark hybrid.

Melimpah



Tiga jenis euphorbia itu ternyata hanya sekelumit dari koleksi yang ada. Ketika bertandang ke Sinox Horticulture di sana terdapat puluhan jenis euphorbia. Seluruhnya berbunga mini, diameter 1— 2 cm berpenampilan glamour dengan corak di atas mahkota. Putih dan merah mendominasi pemandangan.

Di sana euphorbia diperbanyak dari biji sehingga bunga-bunga unik melimpah. Ambil contoh strip putih melingkar di tengah mahkota berwarna merah.

Hasil perbanyakan biji itu tak pernah dilepas di pasar lokal agar harga tidak anjlok. Yang dijual di pasar lokal ya itu tadi, hanya 4 jenis; somonas, denmark hybrid, dwarf apache, dan small word.

Semua tanaman itu datang dari Jerman. Hasil perbanyakan sendiri justru dijual ke Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Tengah. Beruntung Chandra, mendapatkan beberapa koleksi andalan Sinox Horticulture.

Seluruh tanaman di kebun yang berlokasi di Chiao-Tou, sebelah utara Kaohsiung itu ditata di tanah beralas mulsa tanpa penaung. Untuk jenis baru disimpan di tempat khusus dekat gudang.

Meski hanya menempati sepertiga dari lahan seluas 1 ha, tapi nurseri itu pemain nomor satu euphorbia. Kualitasnya tak diragukan lagi sehingga Sinox Horticulture jadi kiblat tren euphorbia di Taiwan.

Elemen taman



Tanaman prima juga Trubus temukan di Su-Chen Orchid. Kebun di Lin Yuan, Kaohsiung itu memang bukan spesialis euphorbia. Namun, koleksi euphorbia mininya sungguh atraktif lantaran bunganya berwarna-warni. Tanaman asal madagaskar itu diletakkan di antara tanaman daun lain dan berpayung net. Koleksi kebun didominasi somonas merah muda dan merah.

Yang B.H, pemilik kebun bukan pemain baru di euphorbia. Ia sudah mengembangkan chin-lin hwa—sebutan euphorbia di Taiwan—sejak 10 tahun silam. Dulu popular sebagai pot plant, tetapi kini beralih fungsi untuk elemen taman. Setiap bulan pria berumur 50 tahun itu harus menyediakan 500—1.000 tanaman untuk pembuatan taman. Ia juga melayani order dari Eropa dan Amerika Serikat. Baginya bentuk bunga yang kecil menguntungkan karena pembeliannya selalu dalam partai besar.

Seleksi biji



Euphorbia jenis-jenis baru memang relatif lambat beredar di pasar lokal. Toh, penggemar tanaman berduri di sana belum jenuh. Padahal somonas dan denmark hybrid sudah beredar lebih dari 6 tahun. Supaya mendapatkan jenis baru, mania famili Euphorbiaceae di sana menyeleksi dari biji. Itu yang dilakukan Kang chien Chung, penggemar euphorbia di Kaohsiung.

Mania euphorbia di Taiwan terlanjur gandrung dengan bunga kecil. Sepuluh tahun silam euphorbia asal Thailand juga beredar di pasar tanaman hias. Namun pamornya tidak pemah melambung.

Pasalnya euphorbia asal Thailand cenderung tumbuh nglancir, berduri besar, dan kurang kompak. Ia juga tidak bisa dimanfaatkan sebagai groundcover. Harganya pun lebih mahal ketimbang somonas. Itu yang membuat pekebun malas memperbanyak jenis dari Thailand.

Tren bunga mini kini juga melanda di Indonesia. Chandra misalnya yang kewalahan melayani permintaan somonas. Maklum designer taman mulai banyak memanfaatkanpoysian—julukan euphorbia di Thailand—sebagai elemen taman. Hal itu juga memacu pekebun untuk memproduksi si mini dari biji. Euphorbia mungil dari tanah air pasti tak kalah elok dibanding Thailand dan Taiwan.
Lebih baru Lebih lama