Kelompok Neocaridina yang terdiri dari 160 spesies udang hias sangat digemari para aquarist aquascaping lantaran bercorak menawan. Di Indonesia, 6 spesies di antaranya sudah berhasil ditangkarkan. Kunci sukses itu terletak pada stabilitas suhu air, pH dan pengaturan pakan.
Gara-gara demam aquascaping menjalari Eropa sejak 3 tahun lalu, kelompok Neocaridina namanya mulai melambung. Mereka menjadi buruan selain ikan hias tawar seperti kardinal tetra, manfish, dan neon tetra, sebagai fauna aquascaping. Selain Neocaridina sebenarnya ada kelompok udang hias lain, Atyoposis. Namun dari keragaman corak, Neocaridina jauh lebih menarik.
[caption id="attachment_16906" align="aligncenter" width="1024"]
Neocaridina asal Jepang[/caption]
Beberapa jenis Neocaridina sejak medio 2004 sudah hadir di tanah air. Mereka antara lain bumblebee, red cherry,tiger, red fryer, dan pearls. Semua berasal dari Eropa. Jenis red crystal asal Jepang, sudah masuk lebih dulu sekitar medio 2003. "Karena sebagian berasal dari tempat sama, cara penangkaran pun relatif sama," ujar Hendra Iwan Putra, importir udang hias di Jakarta Timur.
Penangkaran Neocaridina dilakukan di akuarium. Berbagai ukuran akuarium dapat dipakai, mulai berukuran kecil, 45 cm x 30 cm x 30 cm sampai besar, 150 cm x 80 cm x 80 cm. Semua tergantung dari populasi induk yang dipakai, minimal 10 ekor. Populasi minimal itu dipakai acuan karena sampai saat ini jantan dan betina belum bisa dibedakan secara kasat mata. Jadi, satu-satunya jalan dengan memasukkan induk berukuran 2 cm dalam jumlah banyak.
Menurut Hendra, salah satu kelebihan udang hias itu tidak menganut paham kanibalisme. "Saat ada yang molting, yang lain tidak akan mengganggu," ujar Hendra. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan indukan dalam jumlah besar hingga lebih dari 100 ekor. "Untuk akuarium ukuran 150 cm x 80 cm x 80 cm, saya biasanya menaruh sampai 200 indukan," tambahnya.
Akuarium perlu dilengkapi tempat tangkringan. Umumnya yang dipakai batang kayu dengan panjang 20 sampai 30 cm dan berdiameter agak besar sekitar 10 sampai 15 cm. Tujuannya agar udang lebih leluasa bergerak selain tempat melekatkan tanaman air seperti anubias untuk tempat bersembunyi.
[caption id="attachment_16907" align="aligncenter" width="793"]
Bayam cemerlangkan warna udang[/caption]
Posisi tangkringan sedikit jauh dari pompa filter atas yang dipakai. Biasanya berjarak minimal 30 cm pada akuarium ukuran 150 cm x 80 cm x 80 cm. Bila terlalu dekat dikhawatirkan udang tersedot meski pompa sudah diberi penutup busa sebagai pengaman.
Induk udang hias menyukai pH 6,2 sampai 7,2 dan suhu 22 sampai 25°C. Penangkar di daerah panas seperti Jakarta yang bersuhu 27 sampai 29°C memang perlu chiller untuk mendapatkan suhu dingin. Jap Khiat Bun, eksportir di Cibinong, Bogor, misalnya, memakai mesin pendingin berkekuatan 1 PK untuk bisa mempertahankan suhu 25°C. "Suhu berfluktuasi dapat menyebabkan red crystal mati," ucap Khiat Bun. Hal senada diamini Hendra. "Tapi bila tidak mampu pakai chiller, secara rutin akuarium perlu dimasukan kantong-kantong es batu," ujar pemilik Harlequin Aquatic itu.
Dari pengalaman Jap Khiat Bun, kasus air basa lebih sering terjadi daripada asam. Itu lantaran kadar amoniak melonjak seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan buangan hasil metabolisme. Red cerry misalnya pada kondisi air basa akan berubah warna dari merah menjadi cokelat.
Untuk mengatasinya pH air perlu secara rutin diukur. Namun, bila pH berfluktuasi siapkan penetralisir yang umum dijual atau mengganti 1/3 air dari kapasitas akuarium setiap minggu. Kehadiran hama seperti lintah dan keong juga perlu diwaspadai. Mereka masuk bersama tanaman air. Kehadiran hama itu menyebabkan naiknya pH akibat kotorannya.
Sebelum kawin, induk akan melakukan aklimatisasi selama 2 bulan. Selama itu mereka perlu mendapat pakan bergizi seperti pelet udang dan bloodworm. Pelet udang dapat diberikan 2 sampai 3 kali sehari sebanyak 10 g atau setara 1 sendok teh per hari.
Bloodworm dapat diberikan sebagai pakan selingan. Agar lebih mudah biasanya cacing darah ditaruh dalam wadah kerucut. Di saat lapar sang udang akan datang sendiri untuk menyantap. Untuk menambah kekuatan tubuh dan mencemerlangkan warna, udang diberi bayam.’’Biasanya bayam sengaja ikut ditanam, mereka nanti akan menyantap sendiri," ujar Hendra.
Selepas aklimatisasi, menginjak bulan ke-3, betina sudah tampak menggendong telur di perut. Setiap betina rata-rata membawa 20 sampai 30 telur. Saat itu induk betina akan bersembunyi di bawah tangkringan atau menyelusup dalam tanaman air. Setelah 3 minggu telur akan berubah menjadi post larva (PL). Mereka tak perlu dipisah dari induk. Secara alami PL dan induk menyantap alga. Namun, sebagai tambahan dapat dikasih bloodworm. (Yudi Anto)
Gara-gara demam aquascaping menjalari Eropa sejak 3 tahun lalu, kelompok Neocaridina namanya mulai melambung. Mereka menjadi buruan selain ikan hias tawar seperti kardinal tetra, manfish, dan neon tetra, sebagai fauna aquascaping. Selain Neocaridina sebenarnya ada kelompok udang hias lain, Atyoposis. Namun dari keragaman corak, Neocaridina jauh lebih menarik.
[caption id="attachment_16906" align="aligncenter" width="1024"]

Beberapa jenis Neocaridina sejak medio 2004 sudah hadir di tanah air. Mereka antara lain bumblebee, red cherry,tiger, red fryer, dan pearls. Semua berasal dari Eropa. Jenis red crystal asal Jepang, sudah masuk lebih dulu sekitar medio 2003. "Karena sebagian berasal dari tempat sama, cara penangkaran pun relatif sama," ujar Hendra Iwan Putra, importir udang hias di Jakarta Timur.
Pakai tangkringan
Penangkaran Neocaridina dilakukan di akuarium. Berbagai ukuran akuarium dapat dipakai, mulai berukuran kecil, 45 cm x 30 cm x 30 cm sampai besar, 150 cm x 80 cm x 80 cm. Semua tergantung dari populasi induk yang dipakai, minimal 10 ekor. Populasi minimal itu dipakai acuan karena sampai saat ini jantan dan betina belum bisa dibedakan secara kasat mata. Jadi, satu-satunya jalan dengan memasukkan induk berukuran 2 cm dalam jumlah banyak.
Menurut Hendra, salah satu kelebihan udang hias itu tidak menganut paham kanibalisme. "Saat ada yang molting, yang lain tidak akan mengganggu," ujar Hendra. Sebab itu tidak perlu khawatir memasukkan indukan dalam jumlah besar hingga lebih dari 100 ekor. "Untuk akuarium ukuran 150 cm x 80 cm x 80 cm, saya biasanya menaruh sampai 200 indukan," tambahnya.
Akuarium perlu dilengkapi tempat tangkringan. Umumnya yang dipakai batang kayu dengan panjang 20 sampai 30 cm dan berdiameter agak besar sekitar 10 sampai 15 cm. Tujuannya agar udang lebih leluasa bergerak selain tempat melekatkan tanaman air seperti anubias untuk tempat bersembunyi.
[caption id="attachment_16907" align="aligncenter" width="793"]

Posisi tangkringan sedikit jauh dari pompa filter atas yang dipakai. Biasanya berjarak minimal 30 cm pada akuarium ukuran 150 cm x 80 cm x 80 cm. Bila terlalu dekat dikhawatirkan udang tersedot meski pompa sudah diberi penutup busa sebagai pengaman.
Suhu dingin
Induk udang hias menyukai pH 6,2 sampai 7,2 dan suhu 22 sampai 25°C. Penangkar di daerah panas seperti Jakarta yang bersuhu 27 sampai 29°C memang perlu chiller untuk mendapatkan suhu dingin. Jap Khiat Bun, eksportir di Cibinong, Bogor, misalnya, memakai mesin pendingin berkekuatan 1 PK untuk bisa mempertahankan suhu 25°C. "Suhu berfluktuasi dapat menyebabkan red crystal mati," ucap Khiat Bun. Hal senada diamini Hendra. "Tapi bila tidak mampu pakai chiller, secara rutin akuarium perlu dimasukan kantong-kantong es batu," ujar pemilik Harlequin Aquatic itu.
Dari pengalaman Jap Khiat Bun, kasus air basa lebih sering terjadi daripada asam. Itu lantaran kadar amoniak melonjak seiring bertumpuknya sisa-sisa pakan dan buangan hasil metabolisme. Red cerry misalnya pada kondisi air basa akan berubah warna dari merah menjadi cokelat.
Untuk mengatasinya pH air perlu secara rutin diukur. Namun, bila pH berfluktuasi siapkan penetralisir yang umum dijual atau mengganti 1/3 air dari kapasitas akuarium setiap minggu. Kehadiran hama seperti lintah dan keong juga perlu diwaspadai. Mereka masuk bersama tanaman air. Kehadiran hama itu menyebabkan naiknya pH akibat kotorannya.
Sebelum kawin, induk akan melakukan aklimatisasi selama 2 bulan. Selama itu mereka perlu mendapat pakan bergizi seperti pelet udang dan bloodworm. Pelet udang dapat diberikan 2 sampai 3 kali sehari sebanyak 10 g atau setara 1 sendok teh per hari.
Bloodworm dapat diberikan sebagai pakan selingan. Agar lebih mudah biasanya cacing darah ditaruh dalam wadah kerucut. Di saat lapar sang udang akan datang sendiri untuk menyantap. Untuk menambah kekuatan tubuh dan mencemerlangkan warna, udang diberi bayam.’’Biasanya bayam sengaja ikut ditanam, mereka nanti akan menyantap sendiri," ujar Hendra.
Selepas aklimatisasi, menginjak bulan ke-3, betina sudah tampak menggendong telur di perut. Setiap betina rata-rata membawa 20 sampai 30 telur. Saat itu induk betina akan bersembunyi di bawah tangkringan atau menyelusup dalam tanaman air. Setelah 3 minggu telur akan berubah menjadi post larva (PL). Mereka tak perlu dipisah dari induk. Secara alami PL dan induk menyantap alga. Namun, sebagai tambahan dapat dikasih bloodworm. (Yudi Anto)