Tanam Padi Lahan Tergenang: Meningkatkan Produksi Padi di Lahan Pasang Surut


Lahan pasang surut sering kali dianggap tidak cocok untuk menanam padi biasa. Lahan pasang surut dan tergenang seringkali diabaikan dalam pertanian padi. Namun, dengan perkembangan varietas padi khusus, potensi besar dari lahan-lahan ini mulai terungkap. Artikel ini akan menjelaskan tentang upaya pengembangan varietas padi pasang surut, tantangan yang dihadapi, dan metode yang digunakan untuk memilih varietas yang cocok.
Kendala dan tantangan dalam pengembangan varietas padi pasang surut:
Pengembangan varietas padi pasang surut tidak datang tanpa kendala. Tinggi air yang fluktuatif, kandungan garam yang tinggi, serta kandungan aluminium dan besi yang tinggi merupakan tantangan utama. Para peneliti juga perlu menghadapi masalah serangan hama dan penyakit yang khusus terkait dengan lingkungan lahan pasang surut. 
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi tantangan ini meliputi pemilihan genotipe yang tahan terhadap kondisi ekstrem, pemuliaan varietas yang memiliki ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit khusus, serta penggunaan teknik budidaya yang tepat.
Penanaman padi di lahan pasang surut membutuhkan varietas yang tahan terhadap kondisi ekstrem tersebut. Varietas padi lokal seperti siyam, lemo, talang, dan mesir telah diwariskan oleh nenek moyang kita di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Namun, varietas ini memiliki umur panjang dan produktivitas rendah, sehingga tidak mampu mengoptimalkan potensi lahan pasang surut.
Menyadari potensi besar dari lahan pasang surut di Indonesia, para peneliti di Instalasi Penelitian Padi Muara telah mencari varietas padi yang dapat menghasilkan dengan baik di lahan ini. Sejak tahun 1997, sudah ada 10 varietas padi pasang surut yang berhasil dikembangkan. Di antara varietas-varietas tersebut, terdapat beberapa varietas yang menonjol.
Salah satu varietas yang berhasil adalah padi Air Tenggulang. Varietas ini merupakan hasil persilangan antara batang ombilin dan siam 29. Padi Air Tenggulang memiliki potensi hasil hingga 5 ton per hektar dan dapat dipanen pada umur 125 hari. Varietas ini tahan terhadap kondisi lahan pasang surut yang mengandung sulfat masam. Meski begitu, selera masyarakat setempat juga diperhatikan dalam pengembangan varietas. Beberapa daerah meminta bulir padi kecil dan panjang, sementara daerah lain lebih menyukai padi besar dan bertekstur pera.
Varian lainnya adalah padi Siak Raya, yang diabadikan dari Sungai Siak Raya di Riau. Varietas ini tahan terhadap keracunan zat besi dan aluminium. Siak Raya cocok untuk lahan pasang surut, lahan sulfat masam, dan lahan bergambut. Potensi hasilnya mencapai 5 ton per hektar dengan umur panen 120 hari. Namun, tanaman ini rentan terhadap serangan hama wereng cokelat dan penyakit hawar daun bakteri strain IV.
Selain itu, terdapat varietas padi Lambur yang memiliki tekstur pulen. Lambur adalah hasil persilangan antara cisadane dan IR9884-54-3. Varietas ini tahan terhadap penyakit bias dan bercak daun cokelat yang umumnya berkembang di daerah tergenang. Lambur dapat menghasilkan hingga 3,99 ton per hektar di daerah pasang surut.
Padi Mendawak juga merupakan padi jangkung dengan rasa yang pulen. Varietas ini merupakan kolaborasi antara padi lokal mahsuri dan kelara. Mendawak cocok untuk daerah Kalimantan yang memiliki lahan rawa, gambut, dan sulfat masam. Padi ini memiliki tinggi tanaman 89 cm dan dapat menghasilkan 3,98 ton gabah per hektar dengan umur panen 115 hari. Namun, padi Mendawak rentan terhadap kondisi salinitas tinggi.
Selain lahan pasang surut, padi juga dapat ditanam di lahan lebak atau rawa yang selalu tergenang. Varietas padi pasang surut belum tentu cocok untuk lahan lebak, karena kondisi lingkungannya yang berbeda. Namun, penelitian terus dilakukan untuk mencari varietas padi yang tahan terhadap kondisi ekstrem ini. Beberapa galur padi sedang diuji untuk tumbuh di lahan yang selalu tergenang air. Varietas padi lebak memiliki kemampuan untuk meninggikan batangnya agar dapat bertahan di lingkungan tergenang. Percobaan dan penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan varietas padi yang cocok untuk lahan lebak.
Dalam pengembangan varietas padi pasang surut dan lahan tergenang lainnya, diperlukan waktu yang cukup lama hingga galur baru dapat dilepas sebagai varietas yang siap ditanam oleh petani. Namun, upaya ini memberikan harapan untuk meningkatkan produksi padi di lahan-lahan yang sebelumnya dianggap tidak cocok untuk pertanian.
Dalam pengembangan varietas padi pasang surut, terdapat beberapa kendala dan tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu kendala utama adalah fluktuasi tinggi air di lahan pasang surut. Tinggi air yang tidak stabil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan tanaman padi. Selain itu, lahan pasang surut juga memiliki tingkat garam, aluminium, dan besi yang tinggi, yang dapat menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman padi.
Untuk mengatasi kendala tersebut, upaya-upaya dilakukan dalam pengembangan varietas padi pasang surut. Salah satunya adalah melalui pemilihan varietas yang memiliki ketahanan terhadap fluktuasi tinggi air dan kandungan garam, aluminium, dan besi yang tinggi. Para peneliti padi melakukan penelitian dan uji coba terhadap berbagai varietas padi untuk menentukan varietas yang paling sesuai dengan kondisi lahan pasang surut.
Selain itu, metode pemuliaan genetik juga digunakan untuk mengembangkan varietas padi pasang surut yang unggul. Proses pemuliaan genetik melibatkan persilangan antara varietas-varietas yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap tinggi air yang fluktuatif dan kandungan garam, aluminium, dan besi yang tinggi. Kemudian, varietas-varietas hasil persilangan tersebut diuji dan dievaluasi secara intensif untuk memastikan keunggulan dan adaptasinya terhadap lahan pasang surut.
Metode pengembangan varietas padi pasang surut:
Proses pengembangan varietas padi pasang surut melibatkan serangkaian penelitian dan uji coba. Para peneliti melakukan pemuliaan melalui persilangan antara varietas yang memiliki sifat adaptasi yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap air tergenang, garam, atau zat-zat toksik lainnya. Setelah itu, galur-galur baru diuji secara intensif di lapangan untuk memastikan kecocokannya dengan kondisi lahan pasang surut. 
Uji coba tersebut meliputi pengukuran produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta respons terhadap perubahan lingkungan. Hanya galur-galur yang memenuhi persyaratan yang kemudian dijadikan varietas yang siap ditanam oleh petani.
Dengan adanya upaya penelitian dan pengembangan yang terus dilakukan, diharapkan dapat terus meningkatkan produksi padi di lahan pasang surut dan memanfaatkan potensi lahan pertanian yang besar ini.
Dengan pengembangan varietas padi yang sesuai dengan kondisi lahan pasang surut dan tergenang, diharapkan potensi lahan pertanian di Indonesia dapat dimanfaatkan secara lebih optimal. Hal ini akan memberikan peluang baru bagi petani dan meningkatkan produksi padi secara keseluruhan, sehingga dapat mendukung ketahanan pangan negara.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus