Pekebun tomat kini boleh lega. Mereka tak perlu lagi khawatir ketika harga anjlok. Sebab, dengan harga terendah Rp1.000/kg sekalipun, masih tetap meraup untung. Itu lantaran 3 varietas tomat lokal yang baru dirilis mampu menghasilkan 7 kg/ tanaman.
Tomat varietas baru menjadi pilihan pekebun. Bagaimana tidak, varietas yang selama ini ditanam hanya mampu berproduksi 3 kg per tanaman. Akibatnya, sewaktu harga tomat jatuh Rp1.200/kg pekebun merugi. Rata-rata biaya produksi tomat di beberapa sentra Rp4.000 per tanaman. Sebaliknya menggunakan varietas lokal baru, pekebun untung Rp4.400/ tanaman.
Ketika Kami mengunjungi kebun, tanaman tomat setinggi 120 cm digelayuti 95 buah. Itulah sosok varietas lokal yang memberikan angin segar kepada pekebun. Menurut penangkarnya, Mulyono Herlambang, di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, “Ada 3 varietas tomat berproduksi tinggi sekaligus tahan penyakit layu fusarium dan busuk batang”.
Ketiga tomat itu baru dirilis dan dipasarkan benihnya ke petani pada tahun lalu. Hasil penanaman yang di lakukan pekebun di berbagai lokasi, ketiga varietas menunjukkan daya adaptasi yang tinggi. Varietas TIA 403, Maestro 414, dan Buba, cocok untuk dataran rendah sampai menengah.
TIA kependekan dari tomat Indonesia asli. Tinggi tanaman hanya 115 sampai 125 cm. Walaupun pendek ia perlu ditopang ajir kuat karena produksinya 7 kg per tanaman. TIA berbunga 26 hari setelah tanam (HST). Buah mulai dipanen 65 hst. Bentuk buah bulat telur, berwarna hijau sewaktu muda dan merah setelah tua. Bobot buah 75 gram. Jika dibelah, terdapat 3 sampai 4 rongga. Daging buah lunak dan manis.
Sifat pertumbuhan TIA indeterminate. sehingga TIA diperlakukan dengan membiarkan semua percabangan. Dari percabangan itu akan muncul bunga yang menjadi buah.
[caption id="attachment_17585" align="aligncenter" width="770"]
tomat TIA 403[/caption]
Maestro singkatan maestro-nya tomat. Berbeda dengan TIA, ia lebih tinggi, bisa mencapai 2 m. Untuk itu, maestro perlu ajir kuat yang bisa menopang ketinggian agar tidak rebah. Produksi per pohon sama dengan TIA, 6 kg/tanaman
Maestro berbunga 24 hst. Panen pertama pada umur 65 hst. Bentuk buah bulat, warnanya hijau pada waktu muda dan merah setelah tua. Bobot buah sama dengan TIA, 75 gram. Tiap buah mempunyai 3 sampai 4 rongga, dengan tebal daging 0,5 cm. Kekerasan buah sedang atau tidak terlalu lunak dan rasanya manis.
Agar produksi maksimal, sifat maestro yang determinate perlu perlakukan dengan memotong percabangan semu sehingga menyisakan hanya 2 cabang. Cabang maestro yang ke atas ditumbuhi bunga dan menjadi buah
Buba kependekan buah banyak. Tinggi tanaman tak berbeda jauh dengan TIA 403, sekitar 120 cm. Tomat ini produksinya tinggi, 7 kg per pohon, sehingga perlu ditopang ajir kuat. Bunga mulai muncul 24 hst dan mulai panen umur 65 hst. Buahnya berukuran lebih kecil, sekitar 72,5 gram, tapi berjumlah banyak. Penampilan buah menarik karena ketika matang berwarna merah menyala, rasanya manis. Sifat pembungaan buba indeterminate, la berproduksi maksimal jika semua percabangan dibiarkan tumbuh. Dari semua cabang itu akan muncul bunga yang menjadi buah. (Pandu Dwilaksono)
Tomat varietas baru menjadi pilihan pekebun. Bagaimana tidak, varietas yang selama ini ditanam hanya mampu berproduksi 3 kg per tanaman. Akibatnya, sewaktu harga tomat jatuh Rp1.200/kg pekebun merugi. Rata-rata biaya produksi tomat di beberapa sentra Rp4.000 per tanaman. Sebaliknya menggunakan varietas lokal baru, pekebun untung Rp4.400/ tanaman.
Ketika Kami mengunjungi kebun, tanaman tomat setinggi 120 cm digelayuti 95 buah. Itulah sosok varietas lokal yang memberikan angin segar kepada pekebun. Menurut penangkarnya, Mulyono Herlambang, di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, “Ada 3 varietas tomat berproduksi tinggi sekaligus tahan penyakit layu fusarium dan busuk batang”.
Ketiga tomat itu baru dirilis dan dipasarkan benihnya ke petani pada tahun lalu. Hasil penanaman yang di lakukan pekebun di berbagai lokasi, ketiga varietas menunjukkan daya adaptasi yang tinggi. Varietas TIA 403, Maestro 414, dan Buba, cocok untuk dataran rendah sampai menengah.
TIA 403
TIA kependekan dari tomat Indonesia asli. Tinggi tanaman hanya 115 sampai 125 cm. Walaupun pendek ia perlu ditopang ajir kuat karena produksinya 7 kg per tanaman. TIA berbunga 26 hari setelah tanam (HST). Buah mulai dipanen 65 hst. Bentuk buah bulat telur, berwarna hijau sewaktu muda dan merah setelah tua. Bobot buah 75 gram. Jika dibelah, terdapat 3 sampai 4 rongga. Daging buah lunak dan manis.
Sifat pertumbuhan TIA indeterminate. sehingga TIA diperlakukan dengan membiarkan semua percabangan. Dari percabangan itu akan muncul bunga yang menjadi buah.
[caption id="attachment_17585" align="aligncenter" width="770"]

Maestro 414
Maestro singkatan maestro-nya tomat. Berbeda dengan TIA, ia lebih tinggi, bisa mencapai 2 m. Untuk itu, maestro perlu ajir kuat yang bisa menopang ketinggian agar tidak rebah. Produksi per pohon sama dengan TIA, 6 kg/tanaman
Maestro berbunga 24 hst. Panen pertama pada umur 65 hst. Bentuk buah bulat, warnanya hijau pada waktu muda dan merah setelah tua. Bobot buah sama dengan TIA, 75 gram. Tiap buah mempunyai 3 sampai 4 rongga, dengan tebal daging 0,5 cm. Kekerasan buah sedang atau tidak terlalu lunak dan rasanya manis.
Agar produksi maksimal, sifat maestro yang determinate perlu perlakukan dengan memotong percabangan semu sehingga menyisakan hanya 2 cabang. Cabang maestro yang ke atas ditumbuhi bunga dan menjadi buah
Buba
Buba kependekan buah banyak. Tinggi tanaman tak berbeda jauh dengan TIA 403, sekitar 120 cm. Tomat ini produksinya tinggi, 7 kg per pohon, sehingga perlu ditopang ajir kuat. Bunga mulai muncul 24 hst dan mulai panen umur 65 hst. Buahnya berukuran lebih kecil, sekitar 72,5 gram, tapi berjumlah banyak. Penampilan buah menarik karena ketika matang berwarna merah menyala, rasanya manis. Sifat pembungaan buba indeterminate, la berproduksi maksimal jika semua percabangan dibiarkan tumbuh. Dari semua cabang itu akan muncul bunga yang menjadi buah. (Pandu Dwilaksono)