Tirai Hijau Markisa Rola

Markisa Passiflora edulis biasanya dirambatkan di atas para-para. Namun, di Taman Buah Mekarsari anggota famili Passifloraceae itu ditanam dengan sistem pagar. Keuntungannya, budidaya lebih mudah dan kualitas buah lebih baik. Itu mencontoh sukses pekebun di Australia.

Bila Anda berkunjung ke kebun buah di Cileungsi, Jonggol, itu cobalah menjelajah ke sisi kiri jalan utama. Deretan tirai berwarna hijau dengan hiasan kuning dan ungu mirip taman labirin siap menyambut. Bila didekati tirai itu tersusun oleh daun-daun bersirip tiga dengan tepi bergerigi. Daun menempel pada sulur-sulur halus dan agak mengayu.

[caption id="attachment_17312" align="aligncenter" width="770"] Kawat ganda banyak dipakai pekebun Australia[/caption]

Warna kuning di sela-selanya adalah buah markisa rola asal Malino, Sulawesi Selatan. Bentuknya bulat lonjong seperti telur ayam. Ungu, markisa asal Australia. Bunga berwarna putih agak violet pucat menyembul di sana-sini. Passiflora edulis itu tumbuh merambat di pagar besi setinggi 2,5 m.

Pangkas rutin


Bukan tanpa alasan Taman Buah Mekarsari (TBM) menanam markisa dengan sistem pagar. "Penanaman dengan cara dirambatkan di atas para-para banyak kelemahannya," tutur AF Margianasari, Kepala Bagian Produksi Buah TBM.

Dengan sistem para-para pekebun mesti rajin memangkas sulur tak produktif. Tujuannya agar sulur baru penghasil buah tak terhalang sulur tua dan bisa menjalar langsung di atas para-para. Dengan posisi seperti itu buah yang muncul di setiap ketiak daun bebas menggantung di bawah para-para, sehingga mudah dipanen.

Bila sulur tua tidak dipangkas, daun dan cabang kering menutupi sulur produktif. Akibatnya buah tertahan di atas para-para. Ia mesti "ditarik" ke bawah pada saat dipanen.

Padahal, memangkas bukan pekerjaan mudah. Para-para di TBM mencapai ketinggian 2,5 m. Agar daun dan cabang kering mudah dipangkas, pekerja mesti menggunakan tangga. Pemangkasan dilakukan dari bagian bawah para-para. Minimal sebulan sekali agar sulur tak tumpang-tindih.

[caption id="attachment_17310" align="aligncenter" width="770"] Sistem pagar banyak kelebihan[/caption]

Kendala lain, saat pengaplikasian pestisida untuk memberantas hama kutu perisai atau pupuk daun. "Bila disemprot dari bawah para-para, sulur di bagian atas tidak terjangkau. Pekerja harus menyemprot dari atas menggunakan tangga," papar Riris, sapaan Margianasari. Kutu perisai menyebabkan bakal bunga rontok dan daun mengering sehingga produktivitas turun. Dengan sejumlah kelemahan itu wajar penanaman dialihkan ke sistem pagar yang lazim dipergunakan pekebun di Australia.

Utara selatan


Caranya, markisa ditanam merambat pada pagar-pagar besi setinggi 2,5 m yang membentuk barisan tanam. Jarak antar pagar 3 m membentang arah utara-selatan. Tujuannya agar tanaman mendapat sinar matahari penuh sepanjang hari. Dengan begitu proses fotosintesis berlangsung lebih lama.

Pagar terbuat dari tiang-tiang besi yang dibenamkan dengan jarak 6 m. Tiang besi bisa digantikan kayu asalkan dari jenis yang awet. Dua kawat besi dibentangkar di antara 2 tiang. Kawat di bagian atas nantinya jadi tempat markisa merambat Di bagian bawah setinggi 50 cm dan tanah jadi batas panjang sulur maksimal Pekebun Australia lazim menggunakar. pagar dengan 2 kawat seperti yang ditirv TBM tapi ketinggian hanya 1,8 m (lihar sketsa). Ada juga yang menggunakar. model pagar T dengan 3 kawat.

Pagar harus sudah terpancang sebeluir bibit ditanam. Bila sebaliknya berisiko sulur tanaman rusak. Bibit asal biji dibenamkan di antara 2 tiang besi. Tanaman berbunga indah itu dibiarkan tumbuh hingga setinggi pagar. Sebelum bisa merambat, tanaman ditopang dengan tali rafia atau ajir bambu. Begitu mencapai 2,5 m, 2 sulur terdekat dirambatkan pada kawat ke kiri dan ke kanan. Sulur lain dibuang.

Nantinya dari 2 sulur utama itu tumbuh sulur produksi yang menjuntai ke bawah menyerupai tirai. Bunga keluar dari setiap ketiak daun. Sulur tak tumpang-tindih seperti pada penanaman dengan model para-para. Kalaupun sudah terlalu rimbun mudah memangkasnya.

Sulur produksi dibiarkan menjuntai hingga tinggal berjarak 50 cm di atas tanah. Lebih dari itu dipotong, supaya daun dan buah bebas cipratan air penyebab busuk atau penyakit yang ada di tanah.

Dua cabang utama ke arah kiri-kanan juga dipotong setelah mencapai panjang 3 m. Itu agar sulur tak tumpang tindih dengan tanaman di sebelah. Selain membatasi bentangan tanaman, juga merangsang pembentukan sulur produktif lain sulur tersier atau calon bunga dari ketiak daun. "Jadi semakin sering memangkas justru bagus karena semakin produktif," tutur Riris.

Taman labirin


Dengan sistem pagar, panen pun lebih mudah. Buah matang gampang dibedakan dari daun karena berwarna kontras buah kuning atau ungu, daun hijau. Ia tak perlu ditarik-tarik agar terpisah dari daun. "Ukuran buah lebih besar karena daun mengalami fotosintesis penuh," lanjut alumnus Universitas Negeri Sebelas Maret itu. Sistem pagar memang pilihan tepat bila pekebun ingin mendapatkan hasil panen terbaik. Model itu memberikan ruang tumbuh maksimal buat tanaman dan terbentuknya bunga.

Modal investasi pun jadi lebih irit karena tak perlu membuat para-para. Pekerjaan menyemprot pestisida atau pupuk daun lebih ringan karena pekeija tak perlu naik tangga. Di Australia pekebun menyemprot dengan mesin yang berjalan di antara pagar.

Lantaran memiliki sejumlah kelebihan, TBM memutuskan akan mengganti seluruh para-para dengan model pagar. Apalagi pagar yang tertutup sulur tampil indah mirip taman labirin. Itu jadi atraksi menarik buat pengunjung taman buah seluas 420 ha itu. (Pandu Dwilaksono)
Lebih baru Lebih lama