Mata Rantai Pembibitan Itik Nasional

Mata Rantai Pembibitan Itik Nasional

Hampir mustahil menjalankan bisnis seluruh mata rantai pembibitan. Produsen bibit harus menyediakan telur tetas yang kualitasnya berbeda dengan telur konsumsi. Kemudian menetaskan telur selama 28 hari. Setelah dipelihara 6 bulan itik baru siap bertelur. Kerepotan tersebut bisa dikurangi dengan memilih salah satu segmen saja.

Untuk memenuhi 60 unit kotak penetasan berkapasitas 21.000 butir setiap periode, Suyono tidak memproduksi telur sendiri. “Saya menampung hasil ternakan masyarakat Desa Madopuro,” kata pelopor budidaya itik mojosari yang berpengalaman 20 tahun. 

Pembibitan Itik Nasional
Pembibitan Itik

Hal sama terjadi di Desa Pesurungan Lor, Kecamatan Purwadawangsa, Tegal. “Untuk mencukupi kebutuhan telur tetas, selain dari Tegal, peternak mendatangkannya dari Bogor,” kata Wardjo, ketua Koperasi Tani Peternak Itik (KTPI) Tegal.

Bibit day old duck (DOD) spesial dihasilkan oleh penetas (breeder). Selain dibesarkan langsung oleh peternak, DOD dibesarkan pembibit yang memproduksi itik siap telur. Dari pembesar itik itu, diproduksi juga induk penghasil telur tetas. 

“Setiap segmen usaha pembibitan harus ditangani oleh orang yang memang spesialis di bidangnya,” kata Suyono peraih penghargaan Peternak Teladan Nasional 1985.

Ketersediaan Telur Itik Siap tetas

Tidak setiap peternak itik petelur menyediakan telur tetas. Peternak telur tetas umumnya berada di dekat sentra produksi. Di Desa Madopuro dan Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari terdapat kurang lebih 100 peternak penyedia telur tetas itik mojosari. Peternak di Pesurungan Lor, menyediakan telur tetas itik tegai.

Ada juga produsen yang berada jauh dari sentra itik, seperti di Tulungagung dan Bogor. Mereka menetaskan sendiri atau menyediakannya untuk penetas telur. Setiap peternak yang menghasilkan telur tetas sudah tahu cara mengupayakan telurnya agar memenuhi syarat untuk ditetaskan. 

Salah satunya dengan menghadirkan 1 ekor jantan di tengah 10 ekor betina. Sistem pemeliharaannya di kandang, tidak digembalakan. Hanya dengan cara itulah kebutuhan itik, seperti pakan dan manajemen kandang bisa terkontrol sehingga menghasilkan telur tetas berkualitas.

Telur tetas harganya lebih mahal ketimbang telur kosumsi. “Kalau telur konsumsi Rp500/butir, telur tetas Rp700-Rp800/ butir,” ungkap Suyono menoleh sisi untung sebagai peternak telur tetas. 

Mereka juga tidak rugi apabila telurnya tidak memenuhi syarat telur tetas, karena bisa dijual sebagai telur konsumsi. Daya tarik itulah yang menjadikan segmen ini sebuah pilihan usaha pembibitan.

Biasanya untuk menentukan kelayakan, telur harus masuk ruang penetasan selama 18-24 jam. Kalau terdapat garis-garis seperti sarang laba-laba berarti layak tetas. Syarat lain yang harus dipenuhi, ia tidak boleh disimpan lebih dari 5 hari. 

Menyimpannya pun harus hati-hati, tidak boleh di tempat lembap dan langsung mengenai lantai atau tanah. Penyimpanan yang baik diletakkan pada egg tray atau kotak kayu. Jangan terbalik, ’’Bagian yang tumpul berada di atas,” kata Suyono. 

Kerabang telur yang keras menandakan telur tua dan layak ditetaskan. Telur tetas berkualitas biasanya berasal dari induk cukup umur (10 bulan).

Produksi DOD

Selain oleh pembesar itik, DOD diperlukan oleh peternak itik yang berada jauh dari sentra produksi bibit. Membawa itik dewasa dalam jumlah banyak ke tempat jauh berisiko dan sangat merepotkan. “Bukan saja Pulau Jawa, kami melayani pesanan DOD dari Makassar, NTT, Sumatera, dan Kalimantan,” kata Suyono.

Biasanya permintaan DOD meningkat menjelang musim panen padi pada musim hujan. Namun, pada saat itu persentase penetasan turun, sehingga harga DOD naik. Mengirim DOD lebih praktis dan memungkinkan dalam jumlah banyak. Untuk jarak dekat (50km-100km), 1 boks bisa berisi 125 ekor.

Antarpulau biasanya diisi 100 ekor/boks. Lama perjalanan maksimal 12 jam. Usaha penetasan juga cukup menguntungkan. Harga DOD mojosari betina mencapai Rp3.300-Rp3.500/ekor. DOD itik tegai, Rp4.000/ekor. Harga DOD jantan Rp750-Rp1.000/ekor. 

Walaupun tidak mengeluarkan biaya pakan, usaha penetasan sedikit peminat karena diperlukan ketelatenan. Setiap 6 jam sekali telur dalam mesin tetas harus dibalik. Suhu dipertahankan 40°C dan kelembapan 60%-70%. 

Ada yang menggunakan listrik atau lampu minyak sebagai sumber panas. Untuk menjaga kelembapan mesin penetas dilengkapi wadah berisi air.

Selama proses penetasan kemungkinan besar ada embrio yang mati. Oleh karenanya pada 5 hari pertama dilakukan seleksi. Kemudian dilanjutkan pada hari ke 15-20. Menjelang menetas peternak membantu mengeluarkan embrio yang lemah agar ia tidak mati. 

Persentase penetasan umumnya 70%. Saat musim hujan menurun sampai 50%. “Perbandingan jantan dan betina 50:50,” kata Yono.

DOD jantan dibeli peternak itik potong untuk dibesarkan selama 2-3 bulan. Sentra pembesaran itik potong, antara lain Gresik dan Sidoarjo. Modal utama penetas telur adalah mesin tetas. Harga satu unit mesin tetas berkapasitas 350 butir sekitar Rp 150.000. 

Usaha penetasan itik bisa dilakukan dalam skala rumah tangga. Satu keluarga yang berpengalaman bisa mengoperasikan sampai 60 unit mesin tetas.

Bibit siap telur

Membesarkan itik siap telur merupakan segmentasi usaha yang juga menjadi pilihan. “Satu bulan 3.000-4.000 ekor itik kami kirim ke berbagai daerah,” kata Parman, peternak sekaligus pedagang bibit itik mojosari siap telur. 

Beberapa sentra pembesaran di Jawa Timur, antara lain Ngawi, Tulungagung, dan Trenggalek. Sentra pembesaran itik lainnya di Tegal, Sragen, dan Cirebon.

DOD Mojosari yang dibesarkan di berbagai daerah itu banyak yang kembali ke asalnya setelah siap bertelur. Peternak itik petelur lebih percaya apabila membeli bibit di sentra aslinya. Harga itik mojosari siap telur bervariasi menurut musim. “Musim panen padi harganya tinggi sampai Rp24.000-Rp30.000/ekor,” kata Parman. Bibit yang lebih muda (usia 5 bulan) harganya lebih murah Rp16.000—Rp18.000/ekor.

Membesarkan calon itik petelur secara ekonomis juga menguntungkan. Dalam waktu 5 bulan harganya meningkat 8-9 kali. Perawatannya mudah dan murah. Peternak hanya memberi makan selama 1 bulan pemeliharaan di kandang. Selama itu anak itik diberi pakan campuran dedak dan konsentrat. 

Kemudian itik digembalakan di sawah atau rawa selama 4-5 bulan. Menjelang dijual itik kembali ke kandang, dan peternak mengeluarkan biaya pakan lagi. “Seribu itik memerlukan biaya pakan Rp600.000/bulan,” kata Parman.

Itik siap telur menurut silsilah pertumbuhan itik mojosari harus melewati masa brahi, copot sikut (rontok bulu sayap), kemudian setelah tumbuh lagi disebut melong. Melong inilah yang disebut itik siap telur. Puncak produksi tercapai setelah 2 bulan dengan produktivitas 60%—80%.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus