Di lumbung Joko Tarub, padi seperti tak ada habisnya. Maklum, sebulir gabah di tangan Nawang Wulan, istri Joko Tarub, diolah menjadi sedandang nasi. Persediaan padi pekebun di Berbah, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, kini juga habis lebih lama. Soalnya, produktivitas lahan mereka meningkat dari 5 ton menjadi 6,6 ton per ha. Itu tercapai setelah mereka menaati 7 syarat.
Peningkatan produktivitas itu dicapai setelah 47 pekebun beralih ke sistem budidaya organik. Mereka tergabung dalam Kelompok Tani Sidorukun yang mengelola lahan 5,7 ha. Sejak 6 tahun lampau mereka meninggalkan pupuk dan pestisida kimiawi yang kerap menyisakan residu beracun. Meski demikian produksinya malah melonjak, menjadi 6,6 ton dari semula rata-rata 5 ton per ha. Produksi stabil setelah tahun ke-3.
Selain produktivitas, keistimewaan lain aroma nasi wangi dan tahan lebih lama. Kegembiraan pekebun tak hanya berhenti di situ. Soalnya, harga jual gabah kering panen padi organik lebih tinggi ketimbang padi nonorganik. Harga padi organik pada akhir Februari 2004 mencapai Rp3.200; nonorganik, Rp2.300 per kg. Lonjakan produksi yang diikuti penambahan omzet tak digapai begitu saja.
Pupuk kandang
Menurut Ir Ahmad Musofie MS yang mengkampanyekan budidaya padi organik, 7 syarat disodorkan kepada mereka. Itu mengacu pada kriteria International Federation of Organic Agriculture Movement. “Padi organik harus memenuhi 7 syarat,” ujar ahli peneliti utama Balai Pengkajian dan Teknologi Pertanian Yogyakarta.
Pertama, menggunakan pupuk organik sekurang-kurangya 70% dari dosis total. Artinya 30% lainnya boleh anorganik. “Semakin banyak persentase (pupuk organik, red), semakin bagus,” ujar alumnus Universitas Gadjah Mada itu. Pekebun di Berbah yang umumnya juga beternak, memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk kandang.
Syarat berikutnya, penanaman berlangsung terus-menerus sepanjang tahun. Boleh saja penanaman diselang komoditas palawija. Mereka memilih kacang tanah dan kedelai sebagai tanaman penyelang, karena sedikit membutuhkan pupuk anorganik. Bahkan penggunaan pupuk anorganik dapat diabaikan. Kalau jagung membutuhkan Urea untuk menggenjot pertumbuhan vegetatif. Rotasi antara padi dan kacang tanah atau kedelai sekurang-kurangnya 24 bulan.
Pembatas
Dalam sistem budidaya organik, bera sangat ditabukan. Yang dimaksud bera adalah lahan tidak ditanami sama sekali. Ketiga, harus ada batas antara lahan organik dan anorganik. Batas itu dapat berupa galengan yang diperlebar. Tanaman perdu seperti beluntas Plucea indica, gamal Glyricidia sepium, dan orok-orok Crotalaria ferruginea juga dapat sebagai pemisah lahan.
Tanaman-tanaman pembatas itu menahan semprotan pestisida kimiawi di lahan anorganik. Selain itu daun tanaman pembatas tetap dapat dimanfaatkan sebagai lalap atau insektisida nabati. Soal luasan lahan, tak ada batasan minimal. Namun, dengan luasan memadai, misal 5—10 ha yang terisolasi, kerja keras pekebun terbayarkan. Kerepotan membuat pupuk alami dan benih sendiri, serta memanen dan mengeringkan padi, sepadan dengan hasil yang diperoleh.
Keempat, air irigasi tidak boleh melewati bagian lahan anorganik secara langsung. Kalau melewati, harus dilakukan fdtrasi. Caranya dengan menancapkan beberapa bambu dan ijuk sehingga air yang keluar dari filter itu tidak bau dan bebas bahan kimia. Kelima, benih berasal dari lahan organik. Waktu tanam mesti berbarengan untuk memutus rantai serangan hama dan penyakit.
Dicontoh
Pekebun di Berbah memilih sintanur, IR 64, dan mentik wangi. Serangan hama dan penyakit diatasi dengan pengendali hayati. Syarat keenam, pascapanen harus sesuai dengan ketentuan organik. Misal, padi dijemur tidak terlalu kering supaya tidak pecah saat digiling. Sifat padi organik, bila terlalu kering pecah. KUD Berbah menentukan kadar air 15—16%. Kurang dari itu hancur.
Kriteria terakhir, pelabelan. Saat ini yang berhak memberikan label antara lain Lembaga Sertifikasi Mutu Pertanian Persada. Di Berbah, Yogyakarta, baru padi produksi di 2 dusun—Cetang dan Klampengan— yang mendapat label organik. Sukses itu diikuti oleh pekebun di Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo yang mengolah 20 ha.