Peningkatan Produktivitas Padi Organik dan Syarat-syarat Budidaya yang Perlu Diketahui


Di lumbung Joko Tarub, panen padi organik tak pernah berhenti. Setiap butiran gabah di tangan Nawang Wulan, istri Joko Tarub, diolah menjadi porsi nasi yang lezat. Di Berbah, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, persediaan padi petani juga semakin melimpah. Hal ini terjadi karena produktivitas lahan mereka meningkat dari 5 ton menjadi 6,6 ton per hektar. Keberhasilan ini berkat mereka yang telah memenuhi 7 syarat budidaya padi organik.

Peningkatan produktivitas yang signifikan ini terjadi setelah 47 petani beralih ke sistem budidaya organik dan membentuk Kelompok Tani Sidorukun yang mengelola lahan seluas 5,7 hektar. Mereka meninggalkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang sering meninggalkan residu beracun. Meskipun demikian, produksi padi malah meningkat menjadi 6,6 ton per hektar dari sebelumnya rata-rata 5 ton per hektar. Tingkat produksi ini tetap stabil sejak tahun ke-3.

Selain peningkatan produktivitas, padi organik juga memiliki aroma yang khas dan dapat bertahan lebih lama. Keberhasilan petani tidak hanya terletak pada hasil panen yang melimpah, tetapi juga pada harga jual gabah kering panen padi organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan padi nonorganik. Pada akhir Februari tahun lalu, harga padi organik mencapai Rp3.200 per kilogram, sementara padi nonorganik hanya Rp2.300 per kilogram. Lonjakan produksi ini juga diikuti dengan peningkatan omzet yang signifikan.

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, Ir. Ahmad Musofie MS, seorang ahli yang mendukung budidaya padi organik, memberikan 7 syarat yang harus dipenuhi. Syarat-syarat ini didasarkan pada kriteria International Federation of Organic Agriculture Movement. Pertama, penggunaan pupuk organik minimal 70% dari total dosis pupuk. Artinya, hanya 30% sisanya yang boleh menggunakan pupuk anorganik. Semakin tinggi persentase pupuk organik yang digunakan, semakin baik hasilnya. Petani di Berbah, yang umumnya juga beternak, memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk kandang.

Syarat berikutnya adalah penanaman padi yang dilakukan secara berkesinambungan sepanjang tahun. Selain padi, petani juga dapat menanam komoditas palawija seperti kacang tanah dan kedelai sebagai tanaman penyelang, karena tanaman ini membutuhkan sedikit pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik bahkan dapat diabaikan. Dalam rotasi tanam antara padi dengan kacang tanah atau kedelai, waktu minimal yang diperlukan adalah 24 bulan.

Dalam budidaya organik, penggunaan lahan yang tidak ditanami sama sekali (bera) tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, penting untuk membatasi antara lahan organik dan lahan anorganik. Batas ini dapat diwujudkan dengan memperlebar galengan atau menggunakan tanaman perdu seperti beluntas, gamal, atau orok-orok sebagai pemisah lahan. Tanaman-tanaman ini tidak hanya berfungsi sebagai pembatas, tetapi juga dapat menyerap pestisida kimia yang disemprotkan di lahan anorganik.

Selain itu, daun tanaman pembatas ini juga dapat dimanfaatkan sebagai lalapan atau insektisida nabati. Tidak ada batasan minimal untuk luas lahan yang digunakan, tetapi dengan luasan yang memadai, misalnya 5 hingga 10 hektar, maka kerja keras petani akan terbayar dengan hasil yang memuaskan. Meskipun membutuhkan usaha ekstra dalam membuat pupuk alami, menghasilkan benih sendiri, serta proses panen dan pengeringan padi, semua ini sepadan dengan hasil yang diperoleh.

Syarat kelima adalah air irigasi tidak boleh langsung melewati lahan anorganik. Jika melewati, maka harus dilakukan filtrasi. Salah satu cara sederhana adalah dengan menancapkan beberapa bambu dan ijuk agar air yang keluar dari filter tersebut tidak berbau dan bebas dari bahan kimia. Syarat keenam, benih yang digunakan harus berasal dari lahan organik. Waktu penanaman harus dilakukan secara serentak untuk memutus rantai serangan hama dan penyakit.

Di Berbah, petani memilih menggunakan varietas padi sintanur, IR 64, dan mentik wangi. Serangan hama dan penyakit diatasi dengan menggunakan pengendalian hayati. Syarat terakhir adalah mengikuti ketentuan organik dalam proses pascapanen. Misalnya, padi tidak boleh terlalu kering saat dijemur agar tidak pecah saat digiling. Padi organik memiliki sifat yang lebih rentan pecah jika terlalu kering. Koperasi Unit Desa (KUD) Berbah menetapkan kadar air optimal sebesar 15-16%. Kurang dari itu, biji padi akan hancur.

Syarat terakhir adalah pelabelan. Saat ini, label padi organik dapat diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Mutu Pertanian Persada dan lembaga sertifikasi organik lainnya. Di Berbah, Yogyakarta, baru dua dusun, yaitu Cetang dan Klampengan, yang telah mendapatkan label organik untuk hasil panen padi mereka. Keberhasilan ini juga diikuti oleh petani di Desa Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo, yang telah mengolah lahan seluas 20 hektar dengan metode budidaya organik.

Dengan menerapkan budidaya padi organik dan memenuhi syarat-syarat yang telah disebutkan di atas, petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas padi mereka. Budidaya organik tidak hanya menghasilkan gabah yang lebih baik, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang dalam hal keberlanjutan pertanian, pengelolaan lahan organik, pengendalianhama alami, dan konservasi tanah. Selain itu, sistem pertanian organik juga memiliki keunggulan dalam efisiensi penggunaan pupuk, pengurangan penggunaan pestisida, dan pengendalian gulma organik.

Untuk mencapai hasil panen yang optimal, beberapa strategi peningkatan produktivitas padi organik dapat diterapkan. Pertama, penting untuk memperhatikan pengelolaan air irigasi. Air irigasi yang digunakan tidak boleh langsung melewati lahan anorganik dan harus melewati proses filtrasi. Dengan menjaga kualitas air irigasi, pertumbuhan tanaman padi organik akan lebih baik.

Selain itu, pemilihan varietas unggul padi juga memainkan peran penting dalam peningkatan produktivitas. Petani dapat memilih varietas padi yang sesuai dengan kondisi lahan dan iklim di daerah mereka. Varitas sintanur, IR 64, dan mentik wangi adalah beberapa contoh varietas padi yang populer di Berbah.

Teknik pemupukan organik juga harus diperhatikan. Penggunaan pupuk organik sebanyak 70% dari dosis total pupuk sangat disarankan. Petani dapat memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk kandang yang kaya akan nutrisi organik. Dengan menggunakan pupuk organik secara efektif, nutrisi tanaman padi akan terpenuhi dengan baik.

Pengendalian hama dan penyakit juga merupakan aspek penting dalam budidaya padi organik. Metode pengendalian hayati dapat digunakan, seperti penggunaan predator alami dan mikroorganisme yang menghambat pertumbuhan hama. Tanaman pembatas juga dapat ditanam sebagai penghalang serangan hama dari lahan anorganik ke lahan organik. Selain itu, rotasi tanam dengan komoditas palawija juga dapat membantu mengurangi serangan hama dan penyakit pada tanaman padi.

Diversifikasi usaha pertanian dan integrasi peternakan-pertanian juga dapat menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan produktivitas padi organik. Dengan mengintegrasikan peternakan dengan pertanian, limbah organik dari peternakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk lahan pertanian. Ini tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.

Selain itu, penting untuk memperhatikan pengolahan pasca panen. Proses pengeringan padi organik harus dilakukan dengan hati-hati agar kualitas gabah tetap terjaga. Padi organik cenderung lebih rentan pecah jika terlalu kering, sehingga pengaturan kadar air saat proses pengeringan harus dijaga.

Untuk mendukung budidaya padi organik, kelembagaan pertanian organik juga perlu diperkuat. Pelatihan petani dalam budidaya padi organik dan sertifikasi padi organik adalah langkah penting dalam memastikan kualitas dan keberlanjutan pertanian organik. Selain itu, kebijakan yang mendukung pertanian organik juga perlu diperhatikan, termasuk dalam hal pemasaran produk organik dan peningkatan akses pasar bagi petani organik.

Dalam konteks perubahan iklim, pertanian organik dapat menjadi solusi yang berkelanjutan. Dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia dan mengelola lahan secara organik, pertanian organik dapat membantu mengurangi dampak negatif perubahan iklim pada lingkungan. Oleh karena itu, pengembangan pertanian organik perlu didorong sebagai upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

Secara keseluruhan, budidaya padi organik memiliki potensi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan keberlanjutan pertanian. Dengan menerapkan syarat-syarat budidaya yang tepat, menggunakan teknik yang efektif, dan mengintegrasikan berbagai aspek pertanian, petani dapat mencapai hasil panen yang optimal. Pertanian organik bukan hanya sekadar tren, tetapi juga merupakan solusi yang berkelanjutan untuk masa depan pertanian.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus