Cara Masyarakat Ciamis Mendapatkan Pendapatan Sampingan Dari Buah Duku

Cara Masyarakat Ciamis Mendapatkan Pendapatan Sampingan Dari Buah Duku

Kalau Anda tak sengaja menemukan duku di Pasirpanjang, Singapura, boleh jadi itu asal Kabupaten Ciamis. Duku asal Dusun Cililitan, Desa Karanganyar, Kecamatan Ciamis, itu besar, kulit bersih, serta daging manis dan tebal. Di pasar lokal ia dipasarkan dalam karung dengan label CL.

Memasuki musim panen Februari Maret kesibukan kentara di desa-desa di 4 kecamatan sentra duku di Kabupaten Ciamis. Puluhan pengepul desa mengendarai motor atau sepeda menyambangi para pemilik pohon di Kecamatan Cijeunjing, Ciamis, Sukadana, dan Rajadesa.. Mereka siap memanen Lansium domesticum yang sudah dipanjar sebelumnya. Begitu petik hari ini, besok sudah sampai di pasar.

Meski masa petik singkat sekitar 20 – 30 hari panen tidak serempak. Duku asal Desa Benteng, Kecamatan Ciamis, paling dulu dipetik. Baru diikuti desa-desa di kecamatan lain. Panen paling akhir diambil dari Dusun Cililitan, Desa Karanganyar, Kecamatan Ciamis. Panen asal dusun itu paling dinanti-nanti.

Buah Duku
Sekali panen Rp600.000 dari tanaman pekarangan

Maklum selain ukuran buah besar, daging berwarna putih susu dan tebal terasa manis. Lagi pula ia berkulit tebal sehingga tahan simpan sampai seminggu setelah panen. “Supaya daging tebal dan kulit mulus pekebun di Cililitan memberongsong buah saat masih pentil,” tutur Komarrudin, kepala seksi hortikultura Subdin Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ciamis. Tak heran duku cililitan “terbang” hingga Singapura. Tanpa pesaing

Diduga duku di ke-4 sentra sebenarnya jenis yang sama. “Tapi karena kondisi tanah dan iklim berbeda maka kualitas buah berbeda,” tutur Kasum, Kepala Subdin Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ciamis. Ia mengidentikkan dengan ubi cilembu yang berubah kualitas bila ditanam di luar Desa Cilembu, Kabupaten Sumedang itu.

Setelah disortir pengepul desa, duku cililitan disetor ke pedagang besar di Cirebon. Dari kota udang itu baru dikirim ke Singapura via eksportir di Jakarta. Sisa sortiran masuk ke pasar lokal Bandung, Jakarta, dan Bekasi.

Toh, pemilik pohon di luar Dusun Cililitan tetap merasakan manisnya duku. Harga diterima pekebun relatif tinggi. Pohon dengan perkiraan produksi 2 kuin’tal laku diborong Rp600.000. Bila dijual kiloan harga berfluktuatif. Pada awal panen pertengahan Februari 2002 duku asal petani dibeli Rp3.000 – Rp3.250 per kg oleh pengepul. Lalu turun hingga Rp2.800 pada saat panen serempak di 4 kecamatan. Di akhir musim giliran duku cililitan panen naik lagi sampai Rp5.000 per kg.

Dari pengepul desa buah anggota famili Meliaceae itu masuk ke pengepul besar. Mereka membawa ke pasar lokal Ciamis dan luar kota. Setiap musim Anda Suhanda pengepul besar di Karanganyarmampu memasarkan 350 – 450 ton. Padahal di seluruh kabupaten di pantai selatan Jawa itu ada 4 pengepul setara. Belum lagi pengepul kecil dengan volume penjualan 100 – 200 ton. Panen terbanyak terutama dari Cijeunjing dan Ciamis 2 sentra terbesar. Di Cijeunjing ada 212 ha setara 21.200 pohon; Ciamis lebih banyak, 43.416 pohon.

Meski panen raya, harga di petani tetap bagus. “Tidak mungkin turun sampai Rp500—Rp 1.000 per kg,” kata Kasum. Itu karena Kabupaten Ciamis sentra terbesar di Jawa Barat. Saat dibawa ke Bandung, Jakarta, dan Bekasi ia hampir tanpa pesaing. Ia berbeda musim panen dengan duku palembang dan purbalingga. Kalaupun ada pesaing asal Sumatera, bukan dari Palembang.

Rp30-juta Perbulan Dari Buah Duku

Duku memang jadi tambahan penghasilan andalan masyarakat Ciamis. Bandingkan dengan palawija dan padi I gogo yang sama-sama ditanam di lahan kering. Pendapatan dari 1 ha palawija dan padi gogo paling Rp5-juta. “Sementara ada pemilik 6 pohon duku umur 20 tahun s sudah ditawar Rp3-juta. Padahal 6 pohonpaling hanya butuh luas lahan 1.000 m2. Bila 1 ha, Rp30-juta,” hitung Kasum.

Hanya saja “tawaran” pendapatan sebesar itu memang tidak diperoleh dalam sekejap mata. Penanaman asal biji baru berbuah pada umur 15 – 20 tahun. Makanya jarang ada petani yang mau mengebunkan duku. Mereka masih mengandalkan pohon warisan. Di Ciamis kerabat langsat itu tumbuh di pekarangan bercampur dengan tanaman lain. Ia nyaris tanpa perawatan. Paling hanya pemupukan dengan kotoran hewan sekali setahun. Di Kecamatan Ciamis kebanyakan “ditumpangsarikan” dengan salak benteng. Salak asli Ciamis itu ditanami di bawah tajuk duku.

Toh, lamanya waktu panen tak menyurutkan langkah sebagian pekebun. Mulai 1996 di sentra-sentra dikembangkan penanaman baru. Itulah warisan untuk anak cucu mereka 15 -20 tahun kemudian.

Yudianto
Yudianto Yudianto adalah seorang penulis di Budidayatani dan Mitrausahatani.com. Ia memiliki hobi di bidang pertanian dan sering menulis artikel terkait teknik budidaya tanaman dan usaha tani. Yudianto berkontribusi dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan dan inovatif

comments powered by Disqus